Ketika Borobudur Dituduh Berhala Terbesar dan Daoed Dituding Kafir
"Isinya berupa makian, hujatan dan kutukan bahwa saya orang kafir. Karena bertanggungjawab atas pembangunan berhala terbesar di tanah air."
Menurut dia, dari gaya bahasa yang dipakai dan ayat-ayat yang diketengahkan, sebenarnya sudah jelas si penulis surat kaleng hidup dan berada di lingkungan yang mana.
Dia abai. Proyek jalan terus. Pada 23 Februari 1983 pemugaran Candi Borobudur yang menghabiskan dana US$24 juta, dinyatakan berakhir dan sukses sesuai rencana.
Pukul 10.30, Presiden Soeharto disaksikan Direktur Jenderal UNESCO A.M. M'bow menandatangani prasasti dan sampul hari pertama perangko seri Borobudur.
Dalam riuh rendah kegembiraan hari itu, Daoed resah. Adi Putera Parlindungan, sekondan lama yang kala itu sudah jadi guru besar dan Rektor Universitas Sumatera Utara berhalangan hadir.
Dan Daoed lebih resah lagi ketika dua tahun setelah peresmian itu, entah ada hubungan dengan surat-surat kaleng yang pernah diterimanya atau tidak, Borobudur dibom, Senin dinihari, 21 Januari 1985.
Empat bulan kemudian, polisi menangkap dua bersaudara, Abdul Kadir bin Ali al-Habsyi dan Husein bin Ali al-Habsyi. Mohammad Jawad yang disebut-sebut sebagai otak aksi itu tak pernah tertangkap.
Akibat bom itu, sembilan stupa rusak.