Keuntungan Besar Melayang, Kerja Sama Terhambat
Minggu, 12 Juni 2011 – 14:29 WIB
Selain senjata, revolusi di Timur Tengah juga menghambat kerja sama intelijen AS serta negara-negara Eropa dengan para sekutunya di Afrika dan Arab. Padahal, selama ini AS dan sekutu-sekutu Eropanya bergantung pada informasi teror dari sana. Salah satunya adalah informasi tentang Al Qaeda Jazirah Arab (AQAP) yang berasal dari Yaman. Kondisi Yaman yang karut-marut membuat informasi tentang aktivitas terorisme di sana ikut terhambat.
"Selama ini, informasi intelijen dari Afrika Utara menjadi bagian sangat penting dari pertahanan dan keamanan dalam negeri kami," ungkap seorang pejabat Eropa dalam wawancara dengan Associated Press akhir bulan lalu. Pejabat yang merahasiakan namanya itu pun mengaku khawatir dengan perkembangan krisis politik di kawasan tersebut. Sebab, pemerintahannya tidak lagi bisa mengidentifikasi ancaman serangan teror dengan tepat.
"Sekarang aliran informasi intelijen dari Afrika Utara sudah banyak berkurang. Padahal, kami sangat membutuhkan," ujarnya lagi. Menurut dia, ancaman teror tertinggi justru sedang terjadi. Terutama, setelah AS mengklaim sukses menewaskan pemimpin Al Qaedah, Osama bin Laden, dalam operasi khusus di Pakistan beberapa waktu lalu. Pejabat tersebut yakin bahwa jaringan militan Islam di seluruh dunia sedang menyusun serangan balas dendam. Selain AS, Eropa diyakini sebagai sasaran empuk.