Keuntungan Besar Melayang, Kerja Sama Terhambat
Minggu, 12 Juni 2011 – 14:29 WIB
Bersamaan dengan itu, transaksi senjata Inggris dengan 15 negara di Timur Tengah juga menuai masalah. Pasalnya, Inggris juga memasok senjata kepada militer Mesir, Bahrain, Tunisia, dan Libya. Represi bersenjata yang dilakukan pemerintah empat negara itu terhadap oposisi beberapa waktu lalu memicu protes pada Inggris. Negara yang dipimpin Perdana Menteri (PM) David Cameron itu lantas dianggap tak bermoral. Inggris juga dituding telah mendukung kelaliman.
Menyikapi kritik tersebut, Inggris lantas mencabut 160 izin ekspor ke beberapa negara Timur Tengah. Kebijakan yang diterapkan sejak Januari lalu tersebut tidak hanya berlaku untuk senjata. Tetapi, juga kerja sama lain yang berpotensi mendatangkan keuntungan besar. Di sisi lain, Inggris membela diri dengan menyatakan bahwa perjanjian tersebut telah dibuat jauh hari sebelum revolusi bergulir di negara-negara yang bersangkutan.
"Inggris memang memasok helikopter tempur ke Aljazair. Lantas, senapan semiotomatis dan gas air mata ke Bahrain, senapan otomatis ke Mesir, serta granat tangan ke Jordania. Tetapi, semua itu berlangsung sejak Januari 2009," ungkap seorang pejabat perekonomian Inggris kepada UPI akhir bulan lalu. Dalam kurun waktu itu, Inggris juga menjual amunisi pistol kepada Syria. Selain itu, menjual granat, senapan untuk para penembak jitu, dan gas air mata kepada Arab Saudi.