Kiai Profesor
Oleh: Dahlan IskanKisah Asep di SMP ini dituturkan dengan sangat baik oleh Gatot Sujono --teman satu kelasnya.
Di forum penganugerahan itu Gatot --juga saya-- diminta memberikan testimoni. Tugas itu ia laksanakan dengan amat menarik dan lucu.
Saat sekolah di SMP dulu Asep tinggal di pondok pesantren Al Khoziny --yang didirikan oleh KH Abbas Khozin.
Ayahnyalah yang menitipkan Asep kecil di situ. Sang ayah memang pernah lama di Jatim --berguru ke KH Wahab Chasbullah yang juga salah satu pendiri NU.
Di pondok itu semua santri masak sendiri --kecuali Asep. Itu karena Asep tidak punya bahan yang bisa masak.
Tengah malam barulah Asep ke dapur. Ia mencucikan tempat masak santri lainnya --yang biasanya digeletakkan begitu saja tanpa dicuci. Tujuan lainnya: mendapatkan sisa nasi yang biasanya tertinggal di dasar tempat tanak. Yakni nasi yang sudah jadi intip-kerak.
Semua alat masak temannya bersih. Ia pun dapat makanan --sekali itu dalam sehari.
Di pondok itu Asep belajar kitab-kitab agama di malam hari. Pagi-pagi berjalan kaki ke SMPN 1 Sidoarjo --sejauh sekitar 5 Km.