Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kinerja Ekspor Impor Pangan Menunjukkan Trend Memuaskan

Selasa, 13 Juni 2017 – 12:24 WIB
Kinerja Ekspor Impor Pangan Menunjukkan Trend Memuaskan - JPNN.COM
Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Foto: Fajar

Tentang kinerja ekspor impor pangan melalui terobosan kebijakan pembangunan pertanian ala Mentan Amran, tentunya tidak diragukan akan hasil diperoleh. Pada 17 Oktober 2016, BPS merilis beberapa data strategis tentang data perdagangan dan perkembangan rupiah. Data tersebut mengungkapkan kebijakan dan program strategis Kementerian Pertanian sudah on the track dalam meningkatkan ekspor dan menurunkan impor.

Ekspor nonmigas September 2016 mencapai US$11,45 miliar atau naik 2,85 persen jika dibandingkan ekspor September 2015. Impor nonmigas September 2016 mencapai US$9,55 miliar atau naik 0,95 persen jika dibandingkan September 2015. Barang nonmigas ini seperti hasil perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan hasil pertambangan yang bukan berupa minyak bumi dan gas.

Harus diakui bahwa prestasi ekspor-impor nonmigas di atas merupakan kontribusi besar dari pencapaian dua tahun pembangunan sektor pertanian pemerintahan Jokowi-JK. Data BPS menyebutkan produksi pangan tahun 2014 mengalami kenaikan dibandingkan 2016.

Produksi padi tahun 2014 hanya 70,8 juta ton pada 2016 naik menjadi 79,1 juta ton. Begitu pun produksi jagung dari 19 juta ton menjadi 23,2 juta ton, bawang merah dari 1,2 juta ton menjadi 1,3 juta ton dan cabai dari 1,915 juta ton menjadi 1,918 juta ton.

Peningkatan produksi ini memberikan dampak peningkatan volume ekspor atau menekan volume impor. Tercatat, mulai 2016 sampai dengan saat ini, pemerintah belum sama sekali mengimpor beras. Sementara volume ekspor beras naik mencapai 43,7 persen. Demikian juga impor jagung turun 62 persen dan sampai dengan saat ini Indonesia belum mengimpor bawang merah.

Padahal pada tahun sebelumnya, Indonesia selalu rutin mengimpor beras minimal 2 juta ton per tahun. Sehingga, dengan kinerja ekspor beras saat ini dapat menghemat devisa sebesar Rp 16 triliun dengan asumsi harga beras Rp 8.000 per kg.

Kebenaran ini diungkapkan Wakil Ketua Komisi IV DPR, Daniel Johan. Di mana pada 2016 tidak ada izin impor beras yang dikeluarkan pemerintah. Menurutnya, dengan meningkatkan produksi dalam negeri, stok beras nasional sudah cukup hingga akhir tahun ini. Bahkan, stok tersebut akan bertambah lantaran adanya panen raya pada bulan depan.

Kemudia, ekspor salak Indonesia di tahun 2016 naik 4,24% dibanding tahun 2015. Salah Indonesia telah menembus pasar 29 negara. China, Belanda, Kamboja, Saudi Arabia, dan Singapura menjadi negara terbesar pengimpor salah Indonesia.

Sejarah mencatat, pada tahun 1952, tiga tahun setelah penyerahan kedaulatan oleh Belanda, ekonomi Indonesia masih tertatih-tatih. Warisan panjang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close