Kisah Anak-Anak Panti Korban Sodomi Jadi Pelaku Sodomi Berjamaah (3)
Ketika melakukan pemeriksaan terhadap Ba, penyidik melibatkan seorang psikolog. Alasannya, Ba belum bisa berbicara. Psikolog itu memeriksa dengan menunjukkan benda-benda.
Edi bercerita, ketika Ba ditunjukkan sebuah pinset, ia menyentuh alisnya. Setelah dilihat, bulu alis bocah itu tidak rata. Ada indikasi pencabutan bulu menggunakan pinset tersebut. Ketika ditunjukkan sebuah sapu, Ba langsung menyentuh punggungnya. Dan ketika ditunjukkan foto Elvita, bocah itu bergidik ngeri dan mencoba menjauh. Ia tampak ketakutan.
"Ia bilang, 'puang, puang, puang'. Puang itu bahasa Bugis untuk menyebut ibu," kata Edi.
Setelah divisum, Ba juga terindikasi mengalami kekerasan fisik. Ini nampak dari gurat-gurat merah seperti 'cakar' di bibir kemaluan dan selangkangannya.
Kondisi itu disampaikan ke anak-anak yang lain. Tak dinyana, semua anak panti mengetahui kondisi itu. Dan ketika ditanyai siapa pelakunya, semua jari mengarah ke satu anak. Namanya, Ab.
Ab mengakuinya. Ab ini bocah laki-laki yang baru berusia empat tahun. Bahkan untuk jalan pun ia belum bisa tegak. Mengapa peristiwa itu bisa terjadi? Ternyata, Ab ini selalu mendapat tugas memandikan Ba.
Edi mengatakan, setiap anak bertugas memandikan anak lainnya, yang berusia lebih muda darinya. Ab yang berusia empat tahun bertugas memandikan Ba yang berusia dua tahun. "Seharusnya pengasuh kan yang memandikannya? Tapi ini pengasuh tak memandikan mereka," kata Edi.
Yang disebut dengan 'pengasuh' pun tidak jelas. Panti asuhan itu memang memiliki papan stuktur organisasi. Tapi nama-nama yang tertera di sana tidak jelas adanya.