Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu
Mereka menaklukkan laut Arafuru selama 2-3 minggu demi mencari teripang di tanah Aborigin. Ada sekitar 40-50 pinisi sekali datang. Masing-masing pinisi berisi sekitar 20 awak.
Teripang atau trepang menjadi komoditas berharga bagi para pelaut dari Makassar untuk dijual ke pedagang China. Sementara itu, pesisir pantai utara Australia merupakan salah satu tempat terbaik penghasil teripang.
“Perdagangan yang dilakukan orang-orang Makassar adalah teripang. Kawasan pesisir pantai masyarakat Yolngu merupakan perairan dangkal di mana teripang bisa berkembang biak dalam jumlah besar,†kata Richard Ian Trudgen, pendiri dan pimpinan Aboriginal Resource Development Services (ARDS), tentang lingkungan tempat tinggal suku Yolngu.
Para pelaut Makassar pun semakin rutin datang. Barra atau angin yang berhembus dari arah barat laut menjadi penanda bahwa pinisi atau perahu tradisional milik para pelaut Makassar segera kembali datang ke Arnhem Land.
“Ketika barra berhembus, suku Yolngu sudah yakin bahwa para pedagang dari Makassar di Sulawesi Selatan akan segera datang,†ungkap Richard.
Penduduk asli Australia ini lalu akan segera bersiap memanen teripang, juga mutiara dari tiram dan kerang serta penyu sisik dan penyu hijau.
Hingga pada suatu waktu, tak hanya singgah untuk membeli, lama-kelamaan sebagian dari pelaut asal Makassar ini juga ikut tinggal sementara di Arnhem Land untuk membantu penduduk suku Yolngu membudidayakan dan memanen teripang, mengolah, mengeringkannya lalu mengirimkannya kembali ke Makassar dengan kapal untuk dijual.