Kisah Nur Natasya, Dijemput Bali Lalu Sekolah Lagi di Banyuwangi
jpnn.com - BANYUWANGI – Pemkab Banyuwangi terus mengintensifkan program pengentasan anak putus sekolah yang dikerangkai dalam Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah (Garda Ampuh). Salah seorang yang berhasil dijaring dalam program ini adalah Nur Natasya, warga Desa Temurejo, Kecamatan Bangorejo.
Beradasarkan informasi yang dihimpun, Nur sebelumnya putus sekolah setelah lulus dari SDN 4 Temurejo. Dia bahkan pergi untuk bekerja di sebuah warung makanan di Pulau Bali.
Begitu diketahui oleh Tim Garda Ampuh, yang bersangkutan dijemput di Bali untuk kembali disekolahkan ke SMPN 3 Bangorejo dengan semua biaya penunjang dari pemerintah daerah. Sejak 8 Agustus 2016 lalu, Nur Natasya sudah memulai pembelajaran di kelas 7 A SMPN Bangorejo.
”Adik Nur ini sempat pergi ke Bali. Lalu oleh tim dijemput dan disekolahkan sepenuhnya. Biaya dasar sekolah sebenarnya sudah gratis, tapi memang butuh dana seperti uang saku, beli sepatu, beli tas, atau mungkin biaya transportasi ke sekolah. Ini yang harus diselesaikan bersama,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat mengunjungi rumah Nur.
Anas sengaja mengunjungi Nur setelah membaca laporan Dinas Pendidikan terkait program Garda Ampuh. ”Saya sengaja cek di daerah sini. Karena desa ini sudah paling ujung, sebelahnya sudah langsung kawasan hutan. Saya cek apa betul dinas bergerak dengan baik,” kata Anas.
Nur Natasya mengaku sangat bergembira bisa kembali bersekolah. ”Saya ingin terus sekolah, kalau bisa sampai kuliah biar bisa bantu orang tua. Sebelumnya saya sempat mau kerja di Bali. Alhamdulillah sekarang diajak kembali bersekolah,” kata siswi berhijab ini.
Orang tua Nur, Suryanti, bergembira anaknya bisa kembali bersekolah. ”Semuanya gratis, mulai biaya sekolah, sepatu, seragam, dan tas,” ujar Suryanti yang bekerja sebagai buruh tani.
Selain mengunjungi Nur, di desa itu Anas menemui Riki Agus yang juga berhasil terjaring dalam program Garda Ampuh. Riki awalnya sekolah di salah satu MTs yang ada di Kecamatan Muncar. Namun, dia hanya bertahan satu semester. Riki terkendala biaya di MTs, apalagi dia juga harus pergi-pulang dari rumahnya yang cukup jauh dengan lokasi sekolah.