Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kisah Polwan Pertama Keturunan Tionghoa jadi Intel, Menyamar jadi Tukang Pijat

Senin, 31 Agustus 2015 – 05:51 WIB
Kisah Polwan Pertama Keturunan Tionghoa jadi Intel, Menyamar jadi Tukang Pijat - JPNN.COM
Anna Lao Tjiao Leang. Foto: dok.Jawa Pos

"Karena istrinya tahunya saya tukang urut, berantemlah mereka berhari-hari," kenangnya sembari terkekeh. Namun, perempuan yang sempat dipersiapkan untuk diterjunkan dalam peristiwa konfrontasi dengan Malaysia itu bersyukur si teman tadi bisa meyakinkan istrinya.

Anna mengaku benar-benar menikmati tugasnya sebagai intel. Berbagai penyamaran rela dilakukan demi mengorek informasi yang ditugaskan. Banyak pengalaman dan pelajaran hidup berharga yang didapatkan.

"Jadi babu pun akan saya lakukan dengan gembira waktu itu," ungkapnya.

 Kendati demikian, kata Anna, memilih model penyamaran tidak bisa dilakukan sembarangan. Diperlukan analisis dan pemahaman yang matang terkait situasi yang akan dihadapinya di lapangan. Menurut dia, menjadi intel sangatlah mengasyikkan. Setiap waktu dia bisa bergaul dengan banyak lapisan masyarakat. Mendekati dan menaklukkan orang agar mau memberikan informasi menjadi tantangan yang luar biasa untuknya.

"Sampai-sampai saya suka bikin kue untuk orang tanpa ada alasan," ujarnya.

Sebab, Anna meyakini bahwa hal-hal kecil seperti itulah yang membuatnya sukses menjadi intel. "Atasan minta selesai dua minggu, empat hari saya kelarin," ucapnya dengan nada membanggakan diri.

Kesibukan sebagai intel tersebut juga tak mengurangi perannya sebagai ibu dan istri. Aries menyebut ibundanya sebagai sosok yang istimewa. Sebab, dia bisa membagi waktu dengan sangat baik antara pekerjaan dan tugas di rumah. "Dia sangat penuh perhatian kepada kami, anak-anaknya," kata Aries.

Namun sayang, pengabdian Anna sebagai polwan harus diakhiri dua tahun lebih cepat. Penyakit di rahimnya telah memaksanya banyak berurusan dengan dokter. Pada 1992 dia harus menjalani operasi.

PROTES kepada Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) itu tidak datang dari Anna Lao Tjiao Leang, suami, atau ketiga anaknya. Tapi justru dari salah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close