Kisah Sedih Tenaga Medis Saat Menangani Pasien Covid-19
jpnn.com, MATARAM - Kasus virus corona jenis baru COVID-19 di Nusa Tenggara Barat terus meningkat hari demi hari. Pasien yang berdatangan ke puskesmas hingga rumah sakit pun terus bertambah.
Atas lonjakan pasien positif itu, pemerintah mentapkan empat rumah sakit sebagai rujukan COVID-19, yakni RSUD Kota Mataram, RSUD Provinsi NTB, RSUD dr Raden Soedjono Selong Lombok Timur dan RSUD NTB Manambai Abdul Kadir di Kabupaten Sumbawa.
Hanya saja, kesiapan atau stok alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis yang dimiliki puskesmas dan rumah sakit di NTB tidak seimbang dengan jumlah pasien yang terus berdatangan.
Akibatnya, banyak tenaga medis yang menggunakan perlengkapan seadanya. Bahkan, beberapa di antara mereka membeli sendiri APD demi menjaga keselamatannya masing-masing. Padahal, keselamatan tenaga medis pun kerap kali terancam dengan kondisi tersebut.
Salah satu dokter piket di Puskesmas Sigerongan, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat (Lobar), Gusti Ayu Kartika, mengaku kerap khawatir setiap kali menerima pasien yang diduga terjangkit epidemi global itu. Sebab, ia tak dibekali APD yang lengkap.
Padahal, ia menyadari memiliki risiko tinggi jika pasien yang ditanganinya itu ternyata positif COVID-19. Namun, ia mencoba menepikan rasa khawatirnya demi melayani pasien dengan baik. Ia menyebut hal itu sebagai risiko seorang tenaga medis yang melayani pasien hingga sembuh meski tahu penyakit itu bahaya pula untuknya.
"Kalau dibilang takut, ya pasti takut. Tapi kita berserah pada Tuhan saja, ini sudah jadi bagian dari tugas profesi yang aku pilih. Aku khawatir, apalagi APD seadanya," katanya, Senin (13/4).
Menurut dia, untuk menangani pasien terduga COVID-19, ia hanya dibekali pakaian operasi yang sebenarnya tidak sesuai dengan standar operasional. Setiap harinya, ia melayani enam hingga tujuh pasien terduga COVID-19, tanpa mengetahui apakah nantinya status terduga itu akan naik jadi positif atau tidak.