Kisah Seorang Mualaf, Gemetaran saat Masuk Masjid
Setelah tiga tahun merantau di Batam, Tonny memutuskan pulang kampung ke Madiun. Sejak itu, tersirat di benaknya mengajak keluarganya untuk masuk Islam. Bukan dengan ajakan secara verbal, melainkan dengan contoh riil.
Saat salat di rumah, misalnya, pintu kamar sengaja dibuka. Lalu, bacaan salat dilantunkan agak keras. Tonny juga selalu mengucapkan salam setiap keluar masuk rumah. Tak peduli apakah ada yang menjawab atau tidak.
BACA JUGA: Koko Mualaf, Menangis Peluk Ayahnya yang Seorang Pendeta
Keajaiban pun terjadi. Sang adik perempuan jatuh cinta dengan seorang pemuda muslim dan tertarik mempelajari Islam. Jalinan asmara itu akhirnya membawa adiknya mengikuti jejak Tonny memeluk Islam. ‘’Dari adik, lalu mama. Mama tiba-tiba minta saya jadi saksi mualafnya,’’ ungkap Tonny.
Selama Ramadan ini pun Tonny bisa menikmati sahur dan salat Tarawih bersama keluarganya. ‘’Rasanya bahagia sekali. Seperti keajaiban, semuanya jadi satu di tahun ini. Tinggal Papa yang belum (memeluk Islam),’’ paparnya.
Masih segar dalam ingatan Tonny saat menyampaikan keinginannya masuk Islam beberapa tahun silam. Kala itu, kedua orang tuanya menentang keras. Tonny pun akhirnya memutuskan pergi dari rumah.
‘’Tetangga sempat mengejar, tapi saya lari secepat mungkin, lalu diantar teman ke terminal,’’ kenangnya.
Berbekal duit Rp 50.000, Tonny menuju Jogjakarta. Tiga hari di Sleman, dia tidur di masjid dan hanya minum air putih.