Kisah Spiritual: Abu Nawas dan Ceramah Abdul Somad
Oleh: Prof Mohammad Adnan Latief MA PhDjpnn.com, MALANG - Momen-momen saat masih tinggal di Kabupaten Kediri, berpuluh-puluh tahun silam, masih lekat di ingatan saya. Saya lahir dan dibesarkan di Kediri, Jawa Timur. Saya bisa seperti sekarang ini juga tidak lepas dari tempaan yang saya dapatkan selama hidup di sana.
Saya masih ingat betul saat masih bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Desa Ngadiluwih. Pak Usman, kepala MI Desa Ngadiluwih saat itu, suka sekali membacakan dongeng setiap Jumat.
Sering kali Pak Usman bercerita tentang Abu Nawas. Belakangan, cerita-cerita Abu Nawas saya ketahui dari Kumpulan Cerita 1.001 malam.
Ada satu cerita yang masih saya ingat betul. Yakni, ketika Abu Nawas harus menerima hukuman dari raja. Yakni, ketika rumah Abu Nawas dijadikan sebagai tempat buang hajat penggawa kerajaan.
Setiap kali selesai buang hajat, penggawa kerajaan itu dipukul Abu Nawas dengan menggunakan kayu. Tentu saja, hal ini membuat raja terheran-heran.
Tapi, Abu Nawas selalu punya jawaban. Dengan cerdik, Abu Nawas menyebut bahwa penggawa kerajaan itu telah melakukan pelanggaran.
Sebab, dalam kesepakatannya, rumah Abu Nawas hanya untuk buang air besar. Tapi nyatanya, penggawa kerajaan menggunakan rumah itu untuk buang air besar sekaligus buang air bersih. Mendengar jawaban itu, sang raja tidak bisa berbuat apa-apa.
Momen berikutnya yang tidak bisa saya lupakan adalah ketika lulus dari bangku sekolah dasar. Selain sekolah di MI Desa Ngadiluwih, saya juga bersekolah di Sekolah Rakyat Djambean I Kecamatan Keras.