Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kisah Spiritual: Bertindak Lokal, Berpikir Global

Oleh: Prof Dr Hj Nurhajati SE MS, guru besar Ekonomi Unisma

Minggu, 27 Mei 2018 – 14:02 WIB
 Kisah Spiritual: Bertindak Lokal, Berpikir Global - JPNN.COM
Prof Dr Hj Nurhajati SE MS, guru besar Ekonomi Universitas Malang (Unisma).

jpnn.com, MALANG - Pada masa kecil saya, sekolah libur selama satu bulan penuh pada setiap bulan Ramadan. Kebetulan rumah saya dekat dengan langgar (musala).

Setelah selesai salat Subuh, saya bersama teman-teman sebaya langsung bermain dari pagi sampai menjelang asar. Jenis permainan waktu itu adalah engklek, bekelan, jumprit singit, lompat tali pakai karet dironce, dan lain-lain.

Tidak ada jenis permainan yang alat-alatnya harus dibeli karena semuanya bisa dibuat sendiri.

Di kampung saya, suasana bulan puasa benar-benar terasa berbeda dengan bulan-bulan yang lain. Menjelang salat Asar, semua permainan berhenti. Saya dan teman-teman, kami semua datang ke langgar.

Di sana ada seorang ustad yang memberi ceramah. Isinya tentang pembinaan mental dan spiritual anak-anak. Sampai waktunya berbuka, kami mendapatkan takjil sepotong pisang goreng, atau jajanan lainnya seperti lemet, gethuk, dan jemblem.

Tidak lebih dari itu, tetapi dengan suasana hati yang sangat gembira kami pulang ke rumah masing-masing untuk berbuka puasa.

Setelah berbuka puasa bersama keluarga, kami kembali lagi ke langgar untuk salat Tarawih. Habis Tarawih, saya bersama teman-teman bermain lagi sampai malam menjelang tidur. Kegiatan rutin seperti ini saya jalani selama bulan Ramadan. Saya jalani tanpa beban, bahkan saya merasa bahagia sekali selama bulan Ramadan. Sekarang saya sadar, rupanya sumber kebahagiaan itu adalah liburan selama satu bulan penuh dan permainan tradisional bersama teman-teman tanpa harus mengeluarkan biaya.

Puncak kebahagiaan itu terjadi di saat perayaan Idul Fitri atau Hari Raya Lebaran. Bukan sekadar berkumpul bersama keluarga besar atau memakai baju baru, melainkan mendapatkan ”pemberian uang” dari orang tua, kakak, atau saudara yang sudah memiliki penghasilan karena telah bekerja, dan juga dari tetangga. Saya bersama teman-teman berkunjung ke rumah-rumah tetangga untuk mendapatkan semacam ”angpao” di hari kemenangan itu. Kami tidak bisa menjelaskan maknanya menurut ajaran agama. Kami hanya menjalaninya sebagai bagian penting dan menyenangkan yang kami nanti-nantikan setiap Hari Raya Lebaran.

Kisah Spiritual ini dikisahkan oleh Prof Dr Hj Nurhajati SE MS, guru besar Ekonomi Universitas Malang (Unisma).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News