Kisah Spiritual: Hidup Penuh Misteri
Suatu saat, atas izin konsultan, letak gedung Students Center dan Sport Center ditumpuk demi penghematan lahan. Menurut konsultan, itu diizinkan karena toh tidak menambah luas dan biaya pembangunan. Biaya dua gedung itu mencapai sekitar Rp 75 miliar.
Singkat cerita, bangunan itu jadi ditumpuk sebagaimana hari ini kita saksikan. Nah, ketika ada inspeksi dari IDB melalui perwakilannya di Kuala Lumpur, langkah itu dianggap salah fatal, karena tanpa izin dulu dari pihak IDB sebagai penyandang dana. Akibatnya, pihak IDB murka karena dianggap melakukan perubahan pembangunan gedung tanpa izin terlebih dulu. Kami semua pengurus proyek dipanggil ke Bappenas di Jakarta dan ditemukan dengan perwakilan IDB. Kami dimarahi habis-habisan.
Dan celakanya, IDB tidak akan mau membayar biaya gedung yang sudah jadi dengan anggaran sebesar Rp 75 miliar itu. Kita diminta mencari biaya sendiri untuk membayar kontraktor. Semua bingung dari mana mencari dana sebesar itu.
Dr Nijad sebagai koordinator proyek IDB untuk UIN Malang yang biasanya lemah lembut dan santun juga ikut marah dan kecewa berat atas kejadian tersebut. Tetapi, saya sangat memahami kemarahan dan kekecewaan beliau, karena itu menyangkut track record beliau sebagai koordinator.
Di tengah-tengah kebingunan itu saya berpikir, harus meminta pertolongan ke mana lagi jika tidak ke Allah? Sebab, meminta pertolongan ke manusia sudah mentok semua.
Saya usul ke rektor UIN Malang saat itu (Prof Imam Suprayogo) untuk umrah sambil bertandang ke kantor IDB di Jeddah. Ketika di Jeddah, saya menghubungi Dr Nijad dan menyampaikan keinginan untuk bertemu. Saya masih ingat beliau mengatakan dalam bahasa Inggris yang artinya, ”Untuk apa bertemu? Semua sudah jelas, bahwa IDB tidak mau membayar biaya gedung Student Center dan Sport Center itu,”. Kami berpikir tidak akan pulang ke Indonesia sebelum persoalan selesai.
Sore itu kami berdua meninggalkan hotel di Jeddah menuju Makkah untuk melaksanakan umrah. Dari hotel kami sudah berpakaian ihram. Keajaiban terjadi. Di lift hotel kami menginap, secara tiba-tiba bertemu Dr Nijad yang juga sudah berpakaian ihram dan sama-sama ingin umrah bersama keluarganya.
Dalam waktu hitungan detik, di lift itu saya sampaikan keinginan untuk bertemu esok hari di kantornya. Dengan menatap wajah kami dalam-dalam, beliau mengatakan, ”Silakan kalau mau. Saya di kantor besok sekitar jam 10.00,”.