Kisah Spiritual: Hidup Penuh Misteri
Singkat cerita, saya lulus seleksi dan satu peluang itu benar-benar untuk saya. Banyak orang terkejut antara percaya dan tidak. Tetapi itulah kenyataannya.
Ketika mengawali tugas sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS) usai menerima Surat Pengangkatan, saya ditempatkan di Bagian Akademik dengan tugas melayani keperluan dosen, mulai mengetik soal ujian, menggandakan, mengantar hasil ujian, dan juga menulis ijazah dan transkrip. Semua saya laksanakan dengan tulus ikhlas dan penuh amanah.
Suatu kali seorang ibu dosen senior yang saya layani berbincang-bincang dengan saya sambil bertanya nama saya siapa, dari mana, dan tinggal di mana. Kok tiba-tiba nyeletuk, ”Kok kerja di sini, Dik? Nanti gak bisa jadi pejabat lho. Jadi kajur (ketua jurusan) saja susah,”. Seketika saya menjawab ”Saya gak ingin jadi pejabat, Bu. Diterima jadi dosen saja saya sudah bersyukur,”. Ibu itu diam saja sambil senyum.
Dengan berstatus sebagai dosen, saya mesti meningkatkan kompetensi dan kualifikasi. Jika tidak, saya nanti akan tertinggal. Karena itu, saya sambil bekerja harus kuliah S-2. Usai lulus S-2, saya juga berpikir, sebagai dosen, saya harus sampai pendidikan puncak. Karena itu, pada tahun 1999 saya melanjutkan studi S-3 ke Universitas Airlangga Surabaya mengambil Program Studi S-3 Ilmu-Ilmu Sosial. Pada tiga semester awal kuliah padat sekali, sehingga saya harus pandai membagi waktu antara kerja dan kuliah.
Di akhir semester pertama akan ada ujian akhir tulis untuk beberapa mata kuliah. Kebetulan saya sedang siap-siap menunaikan ibadah haji. Di luar kelas, saya minta ke beberapa dosen tidak bisa ikut ujian akhir dan mohon diberi kesempatan menyusul.
Kendati agak berat mengizinkan, saya diberi kelonggaran ujian susulan setelah pulang haji. Di tengah-tengah kesibukan menjalankan ibadah haji, saya sempat berpikir bagaimana ujian di kampus dan berdoa semoga saya diberi kelancaran ketika mengikuti ujian susulan.
Ketika teman-teman pada ziarah haji, saya bertanya bagaimana ujian akhir semesternya. Betapa kagetnya saya karena ternyata semua dosen menunda ujian dan menunggu kedatangan saya dari haji agar tidak membuat soal dua kali. Alhamdulillah, doa saya di Tanah Suci dikabulkan Allah. Wal hasil, studi S-3 saya lalui dengan lancar, dan saya menjadi lulusan pertama di program studi itu untuk angkatan itu, kendati bukan lulusan terbaik.
Dalam konteks pengembangan fisik kampus, ada peristiwa yang sulit saya lupakan hingga saat ini. Sebagai manajer pembangunan kampus melalui dana IDB (Islamic Development Bank), saya terlibat cukup dalam dengan pernik-pernik pembangunan.