KLHK Gelar Workshop Jaring Solusi Tangani Sampah Laut
Berdasar hasil survei KLHK pada 2017 - 2019 di 18 kabupaten dan kota ,menunjukkan bahwa estimasi total sampah laut sekitar 1,2 juta ton, dengan rerata timbulan sampah laut sebanyak 106,385 gram per meter persegi.
Sampah plastik di lautan terutama berasal dari darat bersumber dari aliran sungai yang bermuara di laut dan kawasan pesisir.
Selain itu, hasil kajian pencemaran mikroplastik (MPS) di daerah aliran singai Citarum yang dilaksanakan KLHK bekerja sama dengan pakar Institut Pertanian Bogor, menunjukkan di daerah hulu ditemukan rataan mikroplastik sebesar 29.02 ± 37.56 MPS per m3, di daerah tengah sebesar 0.76 ± 0.53 MPS per m3, dan di hilir sebesar 1.88 ± 1.61 MPS per m3.
Untuk itu sejak 2015, KLHK telah melakukan Gerakan CCU di berbagai wilayah di Indonesia. Sampah yang dikumpulkan dari kegiatan bersih-bersih pantai akan ditimbang untuk diketahui berat dan dipilah jenis sampahnya. Selanjutnya, sampah tersebut akan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk dikelola.
"Kegiatan bersih-bersih seperti itu, kalau dilakukan secara rutin sehingga masyarakat akan terbiasa hidup bersih, akhirnya menjadi sebuah kebutuhan, tidak usah diperintah sudah berjalan sendiri, seperti di Surabaya ini," sambung Karliansyah.
Berbagai keberhasilan dari inisiatif lokal yang telah dilakukan, diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain untuk melakukan kegiatan serupa, termasuk salah satunya memberikan apresiasi terhadap berbagai gerakan masyarakat peduli lingkungan, khususnya dalam pengurangan sampah plastik.
Sejalan dengan komitmen Indonesia terhadap solusi perlindungan lingkungan laut, Indonesia juga menjadi tuan rumah penyelenggaraan The 11th East Asian Seas Partnership Council Meeting yang berlangsung pada tanggal 24-26 Juli 2019 di Surabaya. (cuy/jpnn)