Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Koko Mualaf, Menangis Peluk Ayahnya yang Seorang Pendeta

Jumat, 25 Mei 2018 – 00:30 WIB
Koko Mualaf, Menangis Peluk Ayahnya yang Seorang Pendeta - JPNN.COM
MUALAF: Shantiko Hatmojo tekun mempelajari agama Islam sejak jadi mualaf lima tahun silam. Foto: TAMAMU RONY/RADAR SAMPIT/JPNN.com

Bapak dua anak itu memberanikan diri menemui salah seorang ustaz ternama, setelah berkali-kali tergugah mendengar tilawah Alquran dari pengeras suara masjid. Lantas, Koko mulai mendalami Islam dari berbagai sudut pandang. Dia melepaskan keingintahuannya soal agama sejuta umat itu.

Terutama, pertanyaannya soal alasan warna kain penutup Kabah harus hitam. Sebab, menurutnya, harusnya warnanya putih. Karena warna putih melambangkan kesucian dan sebagainya.

”Saya tanya, mengapa penutup Kabah warnanya hitam? Ustad saya tersenyum. Lalu kemudian ia menjawab dengan jenaka namun cerdas. Kalau warnanya putih, pasti terlihat kotor. Karena jutaan umat memegang Kabah ketika berhaji. Lalu kami berdua tersenyum,” lanjutnya.

Beberapa waktu belakangan baru diketahui oleh Koko, bahwa ustaznya, Khoirudin, menjawab ringan seperti itu untuk menghindari kesalahpahaman persepsi. Dengan mengeluarkan jawaban ringan, membuat Koko mudah mengerti dan mencerna.

”Kalau pak Ustaz Khoirudin jawab sesuai sejarah, saya pasti tak paham. Makanya, beliau jawab pakai logika yang mudah saya mengerti. Tapi, akhir-akhir ini baru saya pahami alasan warna kain penutup Kabah itu hitam,” tambahnya.

Pada Ramadan tahun 2013, Koko memantapkan diri mengucap Syahadat. Ia lantas belajar mengaji dari Ustaz Khoirudin yang ia jadikan guru spiritual. Pada tahun itu pula merupakan masa awalnya berpuasa.

Meski ada berbagai macam kendala, seperti kelaparan dan tak tahan haus, ia juga sempat hampir tumbang lantaran badannya lemas. Hingga akhirnya Koko merasakan keajaiban puasa.

Dia seketika sembuh ketika waktu berbuka tiba. Kata Koko, hal itu bukan karena badan yang lemas dan sembuh lantaran makan waktu berbuka. Namun, dikarenakan niatnya yang sungguh-sungguh menjalani bulan suci Ramadan.

Koko, pangguilan Shantiko Hatmojo, seorang mualaf sejak lima tahun silam, ayahnya pendeta yang juga pemimpin salah satu gereja.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close