Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Komikus I Wayan Nuriarta Meraih Gelar Doktor dari Udayana Lewat Epik Mahabharata

Senin, 22 Juli 2024 – 18:59 WIB
Komikus I Wayan Nuriarta Meraih Gelar Doktor dari Udayana Lewat Epik Mahabharata - JPNN.COM
Dosen Institut Seni Indonesia Denpasar I Wayan Nuriarta meraih gelar doktor kajian budaya dari Universitas Udayana. Foto: Dokpri

jpnn.com, DENPASAR - Dosen Institut Seni Indonesia Denpasar I Wayan Nuriarta meraih gelar Doktor Kajian Budaya dari Universitas Udayana. Wayan berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Artikulasi Identitas dalam Komik Wayang Epik Mahabharata di Indonesia.

Pengukuhan I Wayan Nuriarta berlangsung di Ruang Aula Widya Sabha Mandala, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Jalan Pulau Nias, Denpasar, Senin (22/7).

Tim Penguji terdiri dari Prof. I Nyoman Darma Putra (Promotor), Prof. I Nyoman Suarka (Ko-Promotor I), Dr. Ida Ayu Laksmita Sari (Ko-Promotor II), Ketua Penguji Prof. Ngurah Anom Kumbara, dan anggota penguji masing-masing Prof. I Made Suastra, Prof. I Wayan Swandi, Dr. Maria Matildis Banda, Dr. I Wayan Suardiana.

I Wayan yang juga menjabat pengurus Gurat Institute dan anggota HOCA menyampaikan latar belakang penelitiannya bahwa wayang epik Mahabharata menempati posisi penting dalam sejarah seni komik dan budaya populer di Indonesia. Sebagai bagian dari budaya populer, kehadiran komik lazimnya dianggap sebagai bacaan hiburan dan pencarian nilai-nilai moral bagi kebanyakan penghobi, terutama pada cerita-cerita Mahabharata dan Ramayana.

"Akan tetapi, lebih dari sekadar hiburan, komik sebetulnya juga mengandung berbagai gagasan, aspirasi, ideologi, atau apa yang dalam penelitian ini disebutkan sebagai artikulasi identitas, topik yang jarang dibahas secara serius dalam sejarah studi komik yang relatif jarang di Indonesia," ujarnya dalam keterangan yang diterima.

Komik wayang epik Mahabharata, menurutnya, adalah peleburan dua perkara yang sepintas lalu paradoksal. Di satu sisi karya ini merupakan komik sebagai seni populer yang komersial dan bersifat massal. Namun di sisi lain, karya ini juga wayang sebagai seni adiluhung yang semula muncul dalam sastra, ditafsirkan dalam seni rupa dan tari, populer sebagai teater wayang kulit, dan tetap populer dalam seni wayang orang yang spektakuler.

"Namun, komikus komik wayang mampu mengemas kedua aspek tersebut sebagai penjelmaan baru. Komik wayang epik Mahabharata hadir sebagai komik dengan identitasnya tersendiri. Komik wayang epik Mahabharata karya ketiga komikus Indonesia yaitu R.A Kosasih, Teguh Santosa, dan Gun Gun adalah peleburan berbagai identitas yang tampak dalam artikulasi masing-masing," papar I Wayan Nuriarta.

Dia melanjutkan kajian mengutamakan konten komik epik Mahabharata yang merefleksikan perbincangan relevan untuk memaknai artikulasi identitas keindonesiaan. Hal ini menjadi penanda yang berbeda (otherness) dengan Barat.

I Wayan Nuriarta melanjutkan kajian mengutamakan konten komik epik Mahabharata yang merefleksikan perbincangan relevan untuk memaknai artikulasi keindonesiaan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA