Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Komisi IX DPR Apresiasi Kerja Sama Kemenpora dengan BKKBN Terkait Stunting

Senin, 10 Mei 2021 – 22:52 WIB
Komisi IX DPR Apresiasi Kerja Sama Kemenpora dengan BKKBN Terkait Stunting - JPNN.COM
Anggota Komisi IX DPR RI Darul Siska. Foto: Bagus/Kemenpora

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Darul Siska mengapresiasi Kemenpora RI dan BKKBN setelah terealisasinya penandatanganan nota kesepahaman kedua instansi yang bersinergi melahirkan pemuda dan remaja yang bebas stunting untuk mencetak atlet berpestasi.

"Kami dari Komisi IX DPR RI memberikan apresiasi atas langkah-langkah yang dilakukan Kepala BKKBN meski inpresnya belum keluar, tetapi sudah melangkah maju membuat MoU dengan Kemenpora RI," kata Darul Siska saat jumpa pers di Wisma Menpora, Jakarta, Senin (10/5).

Menurutnya, kerja sama dua instansi ini erat kaitannya. Kemenpora dan bangsa Indonesia membutuhkan atlet-atlet berprestasi di masa yang akan datang, menuju masa Indonesia Emas 2045. Untuk itu sebagai bangsa semua elemen harus bersama-sama mengatasi masalah stunting.

"Hulu masalah di masa yang akan datang dalam pengembangan SDM adalah pada kelahiran stunting. Bila stunting bisa diatasi, Indonesia punya generasi yang sehat fisik, batin dan pikiran. Insyaallah Indonesia yang dicita-citakan bisa diraih di masa yang akan datang," tuturnya.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo berharap mendapatkan arahan dan bimbingan dari Menpora Amali yang juga menangani masalah kepemudaan dan remaja.

"Remaja dan pemuda menjadi penentu lahirnya anak-anak stunting atau tidak dan menjadi penentu kualitas SDM bangsa untuk bisa memetik bonus demografi di masa depan," kata Hasto.

Dia menyadari bahwa penentu dari masa depan bangsa adalah remaja dan pemuda termasuk penentu kualitas generasi stunting atau tidaknya generasi yang akan datang adalah pemuda dan remaja.

"Secara tekhnis bagaimana mencegah perkawinan dini, mengurangi kehamilan yang tidak dikehendaki, seks pranikah. Bonus demografi bisa tercapai sangat tergantung dari komunitas remajanya. Jika remajanya banyak kawin muda, putus sekolah, tidak bekerja, banyak anak, kematian ibu dan bayi tinggi maka akan miss demografi. Banyak sekali kerja sama yang bisa dilakukan," tambahnya.

Bila stunting bisa diatasi, Indonesia punya generasi yang sehat fisik, sehat batin, sehat pikiran.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News