Konflik-Konflik Ini Bakal Bikin Dunia Lebih Suram di 2018
Israel dan Palestina tetap menjadi fokus utama. Di kawasan itu, konflik yang melibatkan banyak negara bisa pecah setiap waktu. Apalagi, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas sudah berjanji membalas arogansi Israel.
Di Syria dan Yaman, krisis kemanusiaan belum akan berakhir. Rakyat dua negara yang tercabik perang saudara itu, tampaknya, masih harus bersabar dan bertahan dalam penderitaan.
Di Syria, Garda Revolusi Iran sudah ancang-ancang menggantikan posisi Rusia sebagai sekutu rezim Presiden Bashar Al Assad. Jika itu terjadi, akan ada lebih banyak kepentingan yang menunggangi konflik sipil di negara tersebut.
Krisis Rohingya yang menyedot perhatian dunia sejak akhir Agustus masih akan berlanjut tahun ini. Terutama karena mekanisme repatriasi lebih dari 500.000 warga Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh masih alot. Sebab, sepertinya, Myanmar masih keberatan menerima kembali kaum Rohingya ke wilayahnya.
Sampai sekarang permukiman Rohingya yang hancur dalam konflik sektarian akhir Agustus masih dibiarkan rata dengan tanah. Padahal, Myanmar dan Bangladesh sudah mencapai kesepakatan tentang repatriasi sejak November. Rencananya repatriasi mulai dilakukan tahun ini.
Di Eropa, Brexit juga menjadi keprihatinan tersendiri. Januari ini rangkaian negosiasi kedua antara Inggris dan Uni Eropa (UE) mulai digelar. Tahun ini pula proses transisi akan dimulai. Tanpa Inggris, UE tidak akan sama lagi. Tapi, melalui BBC, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengimbau seluruh negara anggota UE tetap solid dan bersatu.
”Kita perlu memulihkan ambisi Eropa untuk menciptakan masyarakat yang berdaulat, bersatu, dan lebih demokratis. Yang saya perlukan adalah masyarakat yang bersatu dan tidak mudah menyerah pada hambatan apa pun,” tegas Macron, presiden termuda Prancis tersebut, seperti dikutip Reuters. (hep/c10/dos)