Konsumsi Masih Topang Ekonomi
Kamis, 10 Juli 2008 – 09:10 WIB
Menurut dia, konsumsi rumah tangga memiliki peran signifikan, karena porsinya 70 persen dari total pertumbuhan. Tingginya konsumsi didukung pertumbuhan penjualan motor, mobil, penjualan listrik, kredit konsumsi, dan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam negeri.
Gara-garanya, ekonomi domestik tersendat mengikuti perlambatan perekonomian global dunia. Meskipun tidak sesuai target, lanjut dia, pertumbuhan nasional masih cukup tinggi. ’’Secara umum konsumsi masih kuat, meskipun menunjukkan tren melambat,’’ kata Ani, sapaan karib Sri Mulyani.
Selain konsumsi, penopang lainnya adalah investasi, ekspor, serta impor. Menkeu mengatakan investasi masih tumbuh 10,4-10,5 persen. Kendati belum memenuhi target 12 persen, namun sudah menembus dua digit. Indikator tingginya investasi adalah impor barang modal, realisasi investasi langsung asing dan maupun dalam negeri, serta tumbuhnya penjualan semen dalam negeri. Di sisi lain, ekspor tumbuh 11,9-12,0 persen, sedangkan impor naik 11,1-11,2 persen.
Hingga 30 Juni 2008, penerimaan perpajakan tercatat Rp 307,5 triliun atau terealisasi 50,5 persen. Kenaikan penerimaan perpajakan itu bukan hanya ditopang ekonomi yang tumbuh. Namun, juga karena upaya ekstra Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea Cukai.
Pelaksana tugas (Plt) Menko Perekonomian ini mencontohkan penerimaan PPh sektor industri pengolahan naik 37,5 persen. Industri pengolahan didukung industri makanan dan minuman, kimia, dan elektronik. Dia menambahkan, PPN impor sektor industri pengolahan meningkat 32,4 persen. Ini didukung industri kimia yang meningkat 39,4 persen, industri logam dasar 82,6 persen, dan PPN impor industri kendaraan bermotor 46,4 persen.