Kopi Cowas
Oleh Dahlan Iskan"Lebih 50 persen pembeli kami tidak datang ke cafe," ujar Willawati.
Saya lihat juga begitu. Yang antre di cafe itu adalah driver ojek online. Memesannya lewat aplikasi.
Ada driver ojek online yang antre untuk 15 orang. Bayangkan kalau 15 orang itu minum kopinya di cafe. Berapa luas tempat yang harus disediakan. Berapa harga tempatnya. Dan perabotnya. Dan pelayannya. Dan cuciannya.
Lalu akan berapa lama mereka duduk di situ. Apalagi kalau sudah membuka laptop. Betapa mahal listrik AC-nya.
Pendatang baru sering ngeri pada raja lama. Tapi pendatang baru juga sering menikmati perubahan keadaan.
Ketika Starbucks hadir, belum ada ojek online. Belum ada aplikasi. Investasi terlanjur besar. Tidak bisa dikoreksi.
Pendatang baru ternyata bisa menemukan jalannya sendiri. Di bidang kopi.(***)