Kredit Perbankan Langgar Karbon Neutral, Deni Daruri: Berpotensi Dapat Sanksi Internasional
Adapun alasan perbankan harus meraih karbon neutral, menurut Deni, adalah target pengurangan emisi di dunia yang tidak tercapai. Perusahaan, market, industri, pemerintahan dan regulator akan mencoba untuk mempercepat proses ini yang tadinya bersifat sukarela, menjadi wajib.
Implikasinya, bisa menambah biaya operasi bank, gangguan ekonomi, banyak ketidakpastian, dan hilangnya pekerjaan. "Sebanyak 40 bank sentral dan pengawas, sedang melakukan kajian untuk menyertakan risiko perubahan iklim Climate change risk), ke dalam aspek ekonomi dan keuangan," paparnya.
Di Jerman, lanjut Deni, terdapat regulasi baru untuk semua kendaraan berbensin akan ditiadakan sampai 2030. Industri-industri, perminyakan, automotive, bisa terancam karena hal ini. Bank yang mempunyai portofolio di industri-industri tersebut juga akan terkena efeknya.
"Ketidakpastian itu menimbulkan risiko transisi (transition risk)," beber Deni
Dengan adanya karbon neutral, lanjutnya, merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan bank dan memitigasi efek dari risk transisi. Karena semua kegiatan bank akan terukur secara objektif, transparan, serta perhitungan pengurangan karbonnya akan terlihat jelas.
"Akan ada review dimana portfolio bank di realokasikan ke industri/perusahaan yang lebih sustainable," katanya.
Jika tidak mencapai karbon neutral, kata dia, aspek sustainable ataupun pengurangan emisi masih abu-abu serta tidak terukur secara akurat dan objektif. Contoh, pada saat di Davos yang lalu, green peace memprotes kebijakan bank-bank besar seperti JP Morgan, CitiBank of America, RBC Royal Bank, Barclays yang mengklaim mereka sustainable, tapi ternyata masih memiliki billion dollar investment untuk industry oil & gas dan batubara yang tak ramah lingkungan.
"Karbon neutral menjadi legacy dunia yang sangat dihormati oleh PBB, Bank Dunia, dan lembaga-lembaga dunia lainnya," tuturnya.