Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Krong-krong…Crong-crong, Lahirlah Musik Keroncong

Kamis, 08 September 2016 – 13:13 WIB
Krong-krong…Crong-crong, Lahirlah Musik Keroncong - JPNN.COM
Koko Thole, satu di antara penggiat musik keroncong dalam sebuah acara. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

“Waktu saya masih anak-anak kelompok keroncong di sini namanya Krontjong Poesaka Moresko Toegoe," kata Andre Juan Michiels, tokoh masyarakat setempat yang juga penggiat musik keroncong. 

Andre anak dari Arend Julinse Michiels, pemain Cello di grup Krontjong Poesaka Moresko. 

“Dulu kalau ayah dan kawan-kawannya main keroncong, suguhannya bukan kopi hitam. Tapi minuman Anggur Malaga. Katanya sih itu sakral," tutur generasi ke-10 kaum Tugu itu sembari melempar senyum dan mengerlingkan mata.

Nah, baru-baru ini ada kajian terbaru menyangkut sejarah musik keroncong. Meski belum final, kajian tersebut menengarai; sebelum tumbuh di Kampung Tugu dan bersemi di Jawa, keroncong lahir di laut.   

Asumsinya, pelaut-pelaut di kepulauan Indonesia sering menghibur diri dengan berpantun-pantun dan bersenandung saat berlayar.

Makanya keroncong itu musiknya selow-selow ceria. Serupa ungkapan kerinduan akan daratan dan tanah kelahiran. Liriknya ceplas-ceplos. Mirip karakter masyarakat pesisir yang terbuka dan dinamis. 

Apalagi, Malaga adalah minuman lama khas pelaut Selat Malaka yang dalam perkembangannya menyebar jadi minuman favorit di banyak tempat.  

Yang belakangan diulas ini baru asumsi sementara. Tentu butuh penelitian lebih jauh untuk mendalaminya. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close