Langgam Asmara Si Penggagas Hari Ibu
Rupanya, pemuda itu marah. Merasa dikecewakan dia langsung angkat kaki ke Jakarta.
Soejatin pun langsung mengirim surat. Isinya, "dengan berat hati saya terpaksa memutuskan hubungan pertunangan ini karena kita tidak sejalan dalam pendirian dan aspirasi. Bagi saya idealisme di atas segala-galanya."
Dua tahun kemudian…
Soejatin sudah punya tunangan baru. Seorang mahasiswa Technische Hoogeschool (THS), sekarang Institut Teknologi Bandung (ITB).
Tanpa menyebut nama tunangannya, Soejatin menceritakan, "kami berdua sama-sama menyukai musik jenis seriosa. Saya bermain piano dan dia bermain biola. Musik inilah yang mula-mula mempersatukan kami."
Menjelang Kongres Perempuan Indonesia di Surabaya, 1930, tunangannya datang dari Bandung menyambangi sang kekasih ke Yogyakarta. Apa daya, Soejatin harus berangkat ke Surabaya.
Saking kecewanya, karena untuk ke Yogya dia meninggalkan tugas-tugasnya di Bandung, tunangannya itu berkata, "Jatin! Kalau begini caranya, kau sama saja mengajak aku pergi ke neraka!"
"Oh," kata Soejatin, "mana mungkin seorang wanita yang sedang memperjuangkan nasib kaumnya, mengajak pacar lelakinya pergi ke neraka? Amboi! Saya sedang berjuang…"