Lempar Gagasan Berbisnis dengan Hati, Bos Garudafood: Jangan Cuma Kejar Profit
Hal ini, kata Sudhamek, akan berdampak positif pada pengelolaan bisnis. Bahwa hidup itu harus seimbang, tidak sekadar mengejar profit sebanyak-banyaknya.
Sudhamek ingat pesan ayahnya bahwa jadilah seperti sumur. Semakin sumurnya ditimba, airnya makin banyak dan jernih. Sebaliknya, bila sumurnya tidak ditimba, airnya tidak akan meluber karena semua sudah standarnya.
"Apa yang saya alami itu saya tuliskan dalam buku saya. Sebagai aktivis, pengusaha dan pejabat negara. Setahun saya menyusun buku ini untuk membagikan pengalaman hidup dalam menerapkan praktik bisnis maupun nonbisnis dengan berbasis kebersadaran agung (mindfulness)," terangnya.
Dalam bukunya, Sudhamek ingin menyampaikan pesan bahwa berbisnis, atau berorganisasi, juga menjalankan suatu profesi, bukanlah semata-mata demi menggapai profit atau keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya. Namun, lebih dari itu, yakni demi menumbuhkan benih-benih kebaikan bagi kepentingan bersama.
Sejatinya, lanjut Sudhamek, bisnis pun berdimensi vertikal karena apa yang diupayakan, pada saatnya, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Yang Mahakuasa. Itulah alasan Sudhamek memberi imbuhan ‘agung’ dalam istilah mindfulness. Sebab, ada dimensi kesadaran transendental pada Sang Mahaagung.
Gagasan mindfulness-based business dipetakan Sudhamek menjadi delapan bab dalam bukunya. Mulai dari proses tercetusnya pemikiran spiritualitas dalam bisnis, hingga langkah-langkah implementasi yang telah dia terapkan.
Setiap bagian disertai dengan studi kasus yang dapat memperlihatkan mindfulness practices kepada pembaca sehingga lebih mudah untuk dipahami.
"Mindfulness bisa diterapkan di empat dunia yang berbeda yaitu komunitas bisnis, lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi keagamaan dan lintas iman, serta pejabat tinggi negara," terangnya.