Lockdown Lagi
Oleh: Dhimam Abror Djuraidjpnn.com - Menjelang libur Natal dan tahun baru serbuan pandemi gelombang ketiga melanda Eropa dan Amerika. Seluruh dunia pun bersiaga mengantisipasi serangan baru.
Sejumlah lockdown terbatas diterapkan di beberapa negara Eropa, tetapi publik bereaksi keras dan menolak pembatasan itu.
Pandemi yang sudah berlangsung hampir dua tahun membuat orang bosan. Hidup dalam keterkekangan yang terus-menerus dan dalam pengawasan ketat setiap hari adalah perampasan yang sulit diterima oleh masyarakat di negara bebas mana pun.
Di Belanda demonstrasi menentang lockdown parsial meluas di beberapa kota besar seperti Rotterdam, Den Haag, dan Groningen. Ribuan orang turun ke jalan dan terjadi beberapa bentrokan dengan polisi. Demonstran membakar ban di jalanan dan sebuah sekolah dasar dibakar oleh massa yang marah.
Demonstrasi besar juga terjadi di Austria. Ribuan orang turun ke jalan tanpa memakai masker dan tidak memedulikan pembatasan jarak. Mereka menentang lockdown dan menolak vaksinasi.
Di negara-negara Eropa Timur bekas komunis tingkat vaksinasi terhitung rendah karena banyak yang masih berada di kisaran di bawah 50 persen.
Negara-negara bekas pecahan Uni Soviet termasuk yang paling rendah tingkat vaksinasinya, yaitu pada kisaran di bawah 30 persen. Di Ukraina tingkat vaksinasi hanya 19 persen, dan menjadikannya sebagai salah satu negara dengan tingkat vaksinasi paling rendah di dunia.
Eropa menadi episentrum penularan baru. Munculnya varian virus baru AY.4.2 membuat ancaman gelombang ketiga makin menakutkan. Inggris mengalami lonjakan penularan, tetapi belum menerapkan lockdown.