Lockdown Lagi
Oleh: Dhimam Abror DjuraidJerman menjadi negara dengan kasus penularan tertinggi sampai lebih dari 30 ribu kasus setiap hari. Belanda mencatat kasus 20 ribu setiap hari. Tren ini terlihat makin naik menjelang puncak liburan Natal dan tahun baru.
Tidak ada ada cara lain yang dianggap efektif untuk menghentikan serbuan gelombang ketiga ini kecuali lockdown. Upaya vaksinasi yang gencar dilakukan rupanya mendapat respons yang tidak memuaskan.
Target 70 persen vaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok masih sulit dijangkau.
Pengekangan melalui lockdown selalu berisiko mendapatkan perlawanan dari masyarakat. Gelombang demonstrasi di Eropa diperkirakan akan makin luas menjelang liburan Natal dan tahun baru. Masyarakat yang sudah terkekang selama hampir dua tahun merasa bosan dan tidak lagi percaya terhadap strategi penanganan pandemi oleh pemerintah.
Belum pernah dalam sejarah dunia terjadi pengekangan dan pengawasan masal di seluruh dunia seperti sekarang ini. Eropa pernah mengalami masa suram seperti ini pada masa-masa perang dunia pertama pada 1930-an dan perang dunia kedua pada 1942-1945. Negara-negara Eropa Timur dan wilayah Uni Soviet mengalami pengekangan sampai 1990.
Namun, dalam sejarah belum pernah terjadi pengekangan dan pembatasan total seluas sekarang. Pembatasan dan pengekangan ini masih dibarengi lagi dengan pemaksaan vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan. Pelaksanaan vaksinasi memang sukarela, tetapi dalam praktiknya adalah pemaksaan, karena mereka yang tidak divaksin akan ditolak untuk memasuki fasilitas umum seperti kafe dan restoran.
Berbagai pengekangan ini mendapat perlawanan luas. Orang-orang liberal pecinta kebebasan berada di garis terdepan melawan perampasan hak azasi ini. Orang-orang konservatif pun lebih keras menentang, karena pengekangan ini dianggap sebagai konspirasi kapitalisme internasional untuk menangguk untuk dengan mempolitisasi dan mengeksploitasi isu pandemi.
Arus kanan dan kiri yang biasanya berseberangan, kali ini bertemu pada hilir yang sama menghadapi isu pandemi. Kepercayaan publik terhadap pemerintah mengalami erosi karena selama dua tahun terakhir terbukti kebijakannya tidak efektif dalam mengatasi pandemi.