Logika Marah
Oleh Dahlan IskanTiap hari Tio membuka 'tender' untuk kelas keesokan harinya. Tendernya online. Bukan di WA tapi di Line. Dalam dua menit kuota 12 orang sudah penuh.
Tio tidak memberi tahu tender itu diadakan jam berapa. Sepanjang pagi muridnya harus memelototi layar ponsel. Agar begitu tender dibuka bisa rebutan kuota.
Tio tidak mau membuka kelas besar. Agar bisa mengawasi semua muridnyi --lewat laptopnyi.
Belakangan dia buka kelas baru di jam yang berbeda. Tetap saja jadi rebutan. Padahal dia sudah membuka kelas instagram yang gratis. Tapi daya tarik Tio tidak hanya pada gerakannyi. Melainkan juga caranyi memperbaiki gerakan muridnyi.
"Saya tidak hanya mengajar yoga. Saya juga mengajar kebaikan," ujarnyi. Saya memang mewawancarainyi seusai Zoom kemarin.
Salah satu yang terus ditekankannyi adalah: jangan ego. Kendalikan ego. Dia sendiri tidak mau bersikap rakus --tarif yang tinggi dan murid yang banyak.
Melihat pembawaannyi Tio ini seperti orang Bali. Lembut dan halus. Ternyata dia orang Batak. Guru yoga dan meditasinyi yang orang Bali.
"Jiwa saya memang lebih ke Bali. Tapi keras suara dan fighting spirit saya masih Batak asli haha...," ujarnyi.