Luncurkan Smart Irrigation, Kementan Dukung Pertanaman Tebu
“Kami sekalian membuat alat yang mengintegrasikan mesin tanam tebu dengan pemasangan dripline irigasi, sambil bertanam tebu bisa dipasang sistem irigasinya,” tegasnya.
Lebih lanjut Nur Alam mengatakan, Smart irrigation yang terpasang di BBP Mektan menggunakan instalasi irigasi tetes yang dilengkapi dengan pengatur debit tetesan air, pengatur dosis pupuk, dan sensor kebutuhan air yang terintegrasi dikendalikan secara otomatis.
Tipe irigasi tetes yang digunakan adalah tipe sub surface, yaitu slang penetesnya (dripline) ditanam pada kedalaman 15 – 17 cm dari permukaan tanah.
Sistem irigasi dripline tersebut dipasang bersamaan dengan bertanam tebu agar efisien tenaga kerja. Mekanisme kerjanya alat ini ditarik dengan traktor roda 4 sambil memasang driplinenya sekaligus bertanam tebu.
“Bibit tebu sendiri ditanam 5 cm diatas dripline dan alsin dilengkapi dengan pembuka alur dan penutup alur sehingga dalam satu kali operasional bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus,” katanya.
Dalam mengoperasikan alsintan ini, hanya perlu 2-3 operator saja di mana 1 orang sebagai operator traktor, 2 orang operator bibit. Alat ini mampu mengerjakan lahan seluas 2 ha dalam satu hari saja. Sehingga efisien dalam waktu dan tenaga kerja. Namun Kepala BBP Mektan ini menyarankan dalam penggunaan alsintan ini, kondisi tanah yang bisa digunakan adalah tanah berpasir.
“Kalau tanah berpasir, mau hujan atau tidak, enggak masalah. Tapi kalau tanahnya berlempung tinggi, sebaiknya pengoperasian alat dilakukan saat kering," tuturnya.
Pada pertanian skala besar, irigasi tetes cocok untuk sistem pertanian berjajar, untuk buah-buahan, juga sistem irigasi di dalam greenhouse. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) bahkan menerapkannya pada pertanaman tebu di lahan sub optimal untuk bisa menghasilkan tebu yang berkualitas.