Mahasiswa Asal NTT di Jakarta Desak Gubernur Viktor Laiskodat Mundur
Dalam sejarah panjang peradaban manusia di seluruh belahan dunia kata Jemi, diskriminasi dalam bentuk rasisme memang merupakan fenomena kekerasan yang kerap kali eksis dari masa ke masa dan bisa timbul dalam beragam dimensi.
"Dari sekian banyak peristiwa rasisme yang terjadi, tidak sedikit pula perlawanan hadir sebagai upaya pencegahan atau menghapus diskriminasi rasisme terus mencuat," katanya.
Menurut Jemi, hadirnya perlawanan terhadap rasisme tentu dilatarbelakangi oleh pertimbangan logis berdasarkan nalar kemanusiaan yang mengakui hak asasi manusia, dan menempatkan semua manusia sebagai Mahkluk Ciptaan Tuhan yang di lahirkan dengan martabat dan kedudukan sama tanpa pembedaan apa pun, baik ras maupun etnis.
Di samping itu kata Jemi, rasisme juga sangat berpotensi menciptakan pelanggaran HAM berupa timbulnya prasangka buruk dan perlakuan semena-mena yang sangat diskriminatif terhadap individu atau kelompok tertentu yang menjadi objek rasisme atau bahkan berlanjut pada terbukanya kekerasan dan konflik lainnya yang lebih ekstrim.
Di Indonesia sendiri kata Jemi, sebenarnya pengalaman diskriminasi rasisme sudah sering terjadi. Bahkan jauh sebelum kemerdekaan ketika rakyat Indonesia masih berada dibawah penjajahan, rakyat Indonesia telah merasakan betapa pahitnya diskriminasi rasial.
"Hal tersebut dapat di lihat dalam struktur masyarakat jajahan yang menempatkan rakyat Indonesia (rakyat Hindia kala itu) berada dalam struktur paling rendah derajatnya dan bisa di eksploitasi sesuai kebutuhan penjajah," katanya.
Jemi menegaskan, implikasi langsung dari situasi demikian pada akhirnya, berakibat pada timbulnya kekerasan-kekerasan lain yang juga tak kala diskriminatif terhadap rakyat Indonesia baik di bidang politik, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan. Kemudian setelah bebas dari masa kolonialisme, ternyata rakyat Indonesia tak juga kunjung bebas perilaku diskriminatif.
"Beberapa tahun belakangan ini misalnya tercatat tindakan-tindakan diskriminatif mencuat di Indonesia, misalnya peristiwa rasisme terhadap mahasiswa Papua pada tahun 2016 di Yogjakarta dan penyerangan bernada rasis terhadap mahasiswa Papua di Surabaya pada tanggal 17 Agustus tahun 2019. Kali ini pada tanggal sabtu, 27 November 2021 di Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur insiden diskriminatif serupa kembali terjadi," katanya.