Mahasiswa Indonesia di Australia Bertahan Hidup dengan Sisa Tabungan
Universitas tempat David dan Aldo kuliah, yakni Charles Darwin University, misalnya menganggarkan dana sebesar AU$200,000 (Rp2 milyar) bagi mahasiswa mereka yang mengalami kesulitan keuangan karena terdampak COVID-19.
David, yang sudah mencoba melamar pekerjaan di beberapa tempat namun belum mendapat panggilan kerja, berencana untuk mengakses bantuan dari universitas karena menilai dirinya termasuk yang memenuhi syarat.
Pemerintah Australia sebenarnya sudah mengeluarkan izin bagi para pemegang visa sementara, yang memiliki hak kerja dan terdampak COVID-19 untuk mengakses 'superannuation' lebih awal hingga AU$10,000, atau lebih dari Rp100 juta.
Bagi warga negara Australia, 'superannuation' adalah dana yang terkumpul dari penghasilan mereka selama bekerja yang bisa diambil setelah usia pensiun.
Sedangkan, bagi yang bukan warga negara, dana 'superannuation' dapat diambil ketika 'for good' atau meninggalkan Australia tanpa rencana untuk kembali.
Pejabat Sementara Menteri Imigrasi Australia, Alan Tudge mengatakan mahasiswa internasional yang telah tinggal lebih dari 12 bulan di Australia dapat mengakses 'superannuation' mereka lebih awal dari seharusnya.
Angie yang berasal Pontianak mengaku belum terpikir untuk pulang, tapi ia akan mengambil 'superannuation' sebagai pilihan akhir.
"Kami sudah jadi mahasiswa selama hampir dua tahun. Kalau pulang, berarti uang yang telah dikeluarkan hangus," kata Angie.