Manuver Saudi Gagal Total, Lebanon Sementara Unggul 1-0
jpnn.com, BEIRUT - Kendati Saad Hariri telah pulang kampung dan menyatakan menunda pengunduran diri yang diumumkan di Riyadh pada 4 November lalu, tak berarti gejolak di Lebanon selesai. Justru tengah memasuki babak baru.
’’Riyadh memperlakukan PM Lebanon sebagai penduduk Saudi yang kerajaan bisnisnya sudah lama di bawah pengawasan ketat Putra Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman,’’ ujar analis politik untuk kebijakan AS dan Timur Tengah Joe Macaron.
Bapak beranak tiga itu memang tak bisa berbuat banyak. Sebab, dia juga memiliki kewarganegaraan Saudi. Keluarganya tinggal di Saudi dan hampir seluruh bisnisnya di negeri itu pula.
Riyadh bisa dengan mudah menyandera keluarganya dan menghancurkan bisnisnya jika dia tak patuh. Di pihak lain, Hariri membutuhkan uang untuk bisa berkampanye dan ikut dalam pemilu berikutnya.
Tapi, di sisi lain, memaksa Hariri mundur ternyata juga tidak memuluskan keinginan Saudi untuk menekan Hizbullah. Sebab, penahanan Hariri justru semakin membuat pamor putra Rafic Hariri itu melejit.
Seluruh faksi di Lebanon ingin dia pulang dan tetap memerintah, termasuk Hizbullah.
’’Penduduk Lebanon sudah memiliki cukup pengalaman dan pengetahuan untuk mengatasi masalah dengan dialog. Kami tidak mau didikte pihak luar,’’ kata Walid Jumblatt, politikus Lebanon dari faksi Druze, Sabtu (25/11).
Di negara yang kerap diguncang konflik itu, mundurnya Hariri bakal meretakkan stabilitas. Juga mengganggu komitmen yang dibangun setelah perang saudara. Yakni, semua faksi harus memiliki peran di pemerintahan.