Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Mas Bechi

Oleh: Dahlan Iskan

Minggu, 10 Juli 2022 – 07:08 WIB
Mas Bechi - JPNN.COM
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Mereka terhubung lewat Jamaah Kautsaran. Tiap Senin malam mereka berkumpul.

Melakukan Kautsaran. Di wilayah masing-masing. Termasuk di pusatnya, di Ploso. Yang letaknya tidak jauh dari exit tol Jombang. Sedikit ke arah utara.

Setiap kali berkumpul, mereka hanya membaca doa, wirid, dan zikir. Sekitar 1 jam. Tidak ada yang aneh. Hanya mirip dengan zikir di aliran apa pun. Setiap kata wirid dibaca 7 kali atau 30 kali. Hanya tahlil yang dibaca 120 kali.

Ketika melafalkan tahlil tidak ada gerak yang berbeda dengan aliran lain. Mereka duduk bersila biasa. Ada yang menggoyangkan kepala berlebihan. Ada yang pelan. Ada pula yang tidak menggerakkan kepala.

Kiai utama di Ploso itu, Kiai Muchtar, juga tampil sangat biasa. Ia pakai baju hem lengan panjang dengan kopiah hitam di kepala. Bawahannya sarung. Badannya kurus. Duduk silanya tegak. Raut wajahnya datar. Tidak ada nada disyahdu-syahdukan atau dikhusyuk-khusyukkan.

Tidak ada jubah, gamis, atau pakaian syekh pada umumnya. Ia sangat Indonesia. Bahkan sering kali ada bendera Merah Putih di acara Kautsaran itu. Doktrin cinta negara, cinta NKRI jadi motto mereka.

Di mata pengikutnya, ia bukan sekadar kiai. Ia pemimpin tertinggi Tarekat Shiddiqiyyah. Nama jabatan tertinggi di aliran seperti itu disebut Mursyid.

Semula aliran Shiddiqiyyah ini tidak diakui sebagai tarekat yang standar. Namun, dalam Kongres JATMI tahun 2009, Shiddiqiyyah diakui sebagai salah satu dari 40 tarekat yang mu'tabaroh (standar).

Mas Bechi dilaporkan melakukan kejahatan seksual kepada santriwati di pondok itu. Ada yang menyebut korbannya lima wanita. Ada yang bilang lebih.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close