Masjid di Depok-nya Dallas
Saya dipersilakan masuk. Lebih baik menunggu di dalam, katanya.
Betul. Masjid ini luas sekali. Untuk ukuran Amerika. Bisa untuk 400 orang.
Di depan tempat imam terlihat Quran jumbo. Dalam posisi terbuka. Di atas podium. Tulisannya besar-besar. Bisa dibaca oleh imam pun sambil berdiri di tempatnya.
Saya menduga: tarawihnya nanti pasti panjang. Satu malam harus membaca Quran satu juz. Tapi, ini kan sudah hari ke 19 (saat itu). Kok baru dapat setengah ya?
”Memang begitu. Sembilan malam terakhir nanti dibuat lebih panjang,” ujar Qutaiba Abbasi, imam di masjid DeSoto.
Qutaiba ini masih muda: 31 tahun. Lahir di Amerika. Asal orang tuanya Afghanistan. Sukunya Pastun. Suku mayoritas di sana.
Saya bisa membayangkan karakter dan kepriyayian Qutaiba ini. Saya pernah membaca novel yang berlatar belakang Pastun. Suku yang berwatak keras, baik hati, priyayi dan fanatik agama.
Setidaknya saya sudah membaca tiga novel dengan latar belakang Pastun: Kit Runner, Thousand Splendid Suns dan And the Mountain Echoes.