Masyarakat Gunungkidul Diajak Cerdas Memilih Pemimpin
Ia mengingatkan, sebenarnya Islam memiliki nilai ajaran toleran yang sampai hari ini terus dikembangkan. Menurutnya, paling mendasar dari sikap toleran Islam tersebut yakni enam rukun iman.
Menurut Aziz, rukun iman pertama percaya pada Allah, Malaikat dan kitab termasuk kitab sebelum Quran yakni taurat zabur dan Injil, iman kepada rasulnya yang kebetulan ada kesamaan dengan rasul Kristen, serta iman akan hari akhir atau akhir zaman. Yang keenam, iman kepada ketentuan Tuhan atau Qodo dan Qoda.
“Kalau ada calon pemimpin yang mengajak meninggalkan tatanan budaya masyarakat dan tidak menghargai budaya berarti calon tersebut tidak mengerti masyarakatnya tidak mengerti budaya yang lokal genus atau tidak dapat dihilangkan,” ujar ketua Lesbumi PCNU Gunungkidul ini.
Sementara itu, Romo Sapto Nugraha, Pr mewakili pandangan gereja Katolik, menyatakan, para pendiri bangsa Indonesia telah menanamkan keluhuran ruh yang tertuang dalam sasanti Bhinneka Tunggal Ika dijiwai ruh Pancasila karena melihat kenyataan Indonesia negara yang majemuk dan terdiri dari banyak suku, ras dan kepercayaan atau agama.
Untuk itulah, Romo Sapto menilai kepemimpinan yang relavan untuk kondisi saat ini merupakan pribadi yang benar-benar mampu menghargai perbedaan yang nyata serta pribadi yang memiliki sikap hidup inklusif dan toleran.
Ia benrpesan, masyarakat Gunungkidul mulai cerdas dan cermat menyikapi calon pemimpin yang mulai bermunnculan sekadar memoles citra demi menginginkan kekuasaan. Ia menyatakan, sosok kepemimpinan yang konsistensi dengan sikap kenegarawanannya menjadi pemimpin yang dibutuhkan baik tingkat pusat maupun daerah saat ini.
“Kita bersama harus mulai sadar negara ini dasarnya Pancasila bukan yang lain. Negara ini ingin menyejahterakan rakyatnya,” katanya.
“Kita semua harus belajar dan bisa menemukan pemimpin yang sudah terbukti kerjanya menyejahterakan rakyat. Tidak sekadar menemukan orang yang punya modal dengan cara kotor bagi-bagi amplop ingin berkuasa,” kata Romo Sapto.