Megawati, Matahari yang Terbit Dari Kesunyian
oleh: Yogen Sogen“Saja adalah manusia biasa. Saja tidak sempurna. Sebagai manusia biasa saja tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Hanja kebahagiaanku ialah dalam mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Air, kepada bangsa. Itulah dedication of life-ku. Djiwa pengabdian inilah jang mendjadi falsafah hidupku, dan menghikmati serta mendjadi bekal-hidup dalam seluruh gerak hidupku. Tanpa djiwa pengabdian ini saja bukan apa-apa. Akan tetapi dengan djiwa pengabdian ini, saja merasakan hidupku bahagia,- dan manfaat.”
Dedikasi hidup Bung Karno tersebut, saya menyebutnya sebagai “puisi kebijaksaan”. Sangat dalam, penuh perenungan, hikmat dan bijaksana. Entah dari mana Bung Karno menyelami hingga mendapatkan suara batinnya tersebut, tetapi dengan gaungan batin hidupnya, Bung Karno telah mendaraskan makna hidu, dalam diri Megawati.
Megawati tumbuh menjadi perempuan yang sangat bernilai bagi Indonesia. Ia mengilhami kebijaksanaan hidup yang diwariskan Bung Karno dan Fatmawati.
Bagi saya, Megawati tidak hanya mendedikasikan hidupnya untuk Tanah Air tercinta, lebih dari itu, ia telah menghidupi jutaan jiwa-jiwa anak bangsa.
Megawati telah membuka kran diskriminatif. Membuka ruang yang sangat berharga bagi perempuan Indonesia untuk bangkit dan menjadi pepimpin di republik ini.
Dari perjuangan Megawati menembus batas patriarkis tersebut, apa yang ditulis Bung Karno dalam "Dedication of Life" telah menjelma suluh kehidupan bagi cita-cita dan masa depan anak-anak bangsa. Semua anak-anak bangsa harus memiliki panggung yang sama dalam taman sari Indonesia.
Megawati, Kesunyian dan Kebijaksanaan Hidup
Merenungi perjalanan hidup Megawati, sama halnya membaca puisi-puisi kesunyian. Hidup adalah tentang membaca, menerjemahkan dan merawat kemungkinan.