Megawati, Matahari yang Terbit Dari Kesunyian
oleh: Yogen SogenSebagaimana yang dikatakan Thomas Aquinas dalam, Summa Theologica, bahwa manusia senantiasa bertindak untuk suatu tujuan. Setelah tujuan terlampaui tentu manusia akan mencari tujuan yang terakhir.
Pada saat yang sama manusia tidak akan dapat menghendaki lebih dari satu tujuan akhir. Karena satu tujuan akhir manusia itulah yang akan memenuhi (melengkapi) seluruh kehendaknya sehingga tidak ada keinginan lain yang perlu dikehendakinya.
Kehendak tulus Megawati tentunya membangkitkan mimpi-mimpi dari kesunyian batin, kemudian menerjemahkannya dalam laku dan cita-cita hidup.
Megawati telah membawa kesunyian hidupnya ke atas panggung hidup. Kita telah melihat, Presiden ke-5 Republik Indonesia tersebut membangkitkan gairah hidup menurut nilai, ideologi dan kebudayaan yang diwariskan.
Tentu apa yang telah diperjuangkannya, berawal dari perenungan dalamm, seperti Bung Karno merenungi butir-butir Pancasila yang digalinya dari kedalaman batin, bangsa Indonesia. Begitulah arti sebuah hidup. Kita hendaknya seperti Megawati, hidup tidak hanya dijalani, tetapi bagaimana menjadi suluh dan inspirasi bagi orang lain.
Dalam kesunyiannya merenungi perjalanan bangsa ini, Megawati adalah kebangkitan hidup yang dimiliki bangsa Indonesia. Puisi-puisi kesunyian dari batinnya adalah dentuman mimpi-mimpi rakyat Indonesia. Dia telah menginspirasi rakyat banyak.
Selamat ulang tahun Ibu, dirimu adalah matahari yang terbit dari kesunyian. Tuhan dan semesta memberkati selalu.(***)
Penulis adalah Staf Balitpus DPP PDI Perjuangan, Penulis Buku "Di Jakarta Tuhan Diburu dan Dibunuh"