Melawan Dominasi Olahraga di Layar Game
Jumat, 05 Desember 2014 – 15:47 WIB
Maraknya permainan game di komputer Itu juga menunjukkan bahwa olahraga riil semakin semakin kehilangan pamor, dan dianggap tidak seksi lagi. Ini lebih berbahaya lagi. Ini pula yang harus ditemukan akar masalahnya, agar menemukan solusi yang tidak kalah popular dari kreasi programmer games. Lalu? “Ya, pendekatan pertama adalah bersama-sama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agraria, Pemprov dan Pemkot/Pemkab segera mewujudkan satu desa satu lapangan,” ungkap Imam yang Mantan Ketua Umum DKN Garda Bangsa tahun 2002 itu.
Ada banyak tanah kas desa yang tak termanfaatkan. Ada yang dulu lapangan, sekarang sudah menjadi hutan alang-alang, karena tidak ada yang mengurus. Ada yang sekarang ditanami ketela pohon, tegalan, bahkan sawah. “Kami akan merevitalisasi, secara bersama-sama. Kami tidak membangun, tetapi mengembalikan fungsinya sebagai lapangan. Tempat berolahraga, tempat berkumpul, bermain, berkreasi, lomba-lomba, pameran, ruang publik yang asyik,” jelas mantan Sekjen DPP PKB itu.
Makin banyak lapangan, kata Imam, makin banyak cabang olahraga yang bisa dikembangkan. Jenis lapangannya juga disesuaikan dengan ketertarikan lokal. Kalau hobinya sepak bola, tidak mungkin dipaksakan atletik atau renang. Makin banyak bisa memproduksi pemain-pemain kaliber internasional. “Tak perlu lagi naturalisasi! Stok kita banyak. Kita kaya anak-anak berbakat. Mereka tidak bisa bersinar karena fasilitas olahraganya sangat minim. Ini tugas pemerintah, dan di sinilah pemerintah wajib hadir,” kata Menpora yang berusia 41 tahun ini.