Memburu Sekolah Favorit? Mendikbud: Bukan Zamannya Lagi
jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengakui, beberapa kebijakannya sering mendapat penolakan di sana-sini. Salah satunya sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB).
Bahkan gara-gara kebijakan tersebut, ada daerah yang memajang spanduk agar Mendikbud diturunkan.
"Saya tahu kebijakan zonasi ini banyak yang tidak suka. Namun, kebijakan ini saya ambil karena melihat fakta banyak pemburu sekolah favorit menghalalkan berbagai cara agar anaknya bisa masuk," kata Muhadjir di depan pengurus PGRI pusat dan daerah, Kamis (13/7).
Yang membuat Muhadjir heran, banyak ortu murid dari luar daerah ikut memburu sekolah favorit di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Alhasil kesempatan siswa lokal untuk masuk ke sekolah negeri yang bagus jadi berkurang. Padahal sekolah negerj di daerah banyak yang kekurangan siswa
"Kalau sistemnya seperti ini bagaimana ada pemerataan mutu pendidikan. Di satu sisi ada sekolah yang melimpah muridnya. Sisi lainnya ada yang malah kurang mu?id. Atas pertimbangan ini makanya saya buat zonasi," tuturnya.
Dia berharap, dengan zonasi kepala daerah makin rajin mendata sekolah negeri yang ada. Mulai dari jumlah siswa, guru, sarana prasarana. Sekolah yang kurang bagus didandani baik mutu maupun bangunannya agar bagus sehingga tidak adalagi istilah favorit dan bukan favorit.
"Bagi para pemburu sekolah favorit bukan zamannya lagi mencari-cari celah agar bisa masuk sekolah yang dituju," ucapnya.
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Malang ini mengingatkan, kepala daerah maupun kepsek jangan coba-coba mengisi kursi kosong dengan siswa titipan.