Menangani Karhutla Butuh Sinergi Pusat dan Daerah
Potensi karhutla yang meningkat pada bulan Juli ini, seperti di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur, menurut Raffles, perlu segera diantisipasi dengan melakukan penanggulangan secara cepat, melalui darat maupun udara, oleh masing-masing Satgas Penanggulangan Karhutla di daerah.
Sementara itu, kebakaran yang yang terjadi di wilayah Riau dan Sumatera Selatan, saat ini masih terus dilakukan pemadaman didukung dengan water bombing oleh Satgas Udara provinsi. Begitu juga di wilayah-wilayah lain, pemadaman terus dilakukan sampai api benar-benar padam dan tuntas.
Raffles juga menjelaskan, kejadian karhutla yang terjadi di Desa Cinta Jaya, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), hingga hari ini, masih diupayakan pemadaman oleh Manggala Agni Daops OKI bersama-sama dengan BPBD Kabupaten OKI, dan tim Brigdalkar perusahaan pemegang konsesi.
"Kebakaran pada lahan Hak Guna Usaha salah satu perusahaan di OKI ini, terus dilakukan dari darat dan juga dengan water bombing. Tim masih tetap melakukan mopping up untuk menuntaskan sisa-sisa kebakaran," tutur Raffles.
Dia berharap, melalui sinergi yang kuat antara para pihak dan dukungan masyarakat, kejadian karhutla dapat dicegah dan tertangani dengan baik.
Pantauan Posko Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan pukul 20.00 WIB (19/7), berdasarkan satelit NOAA terpantau 36 titik, dengan rincian 23 titik di Kalimantan Barat, enam titik di Sumatera Selatan, dua titik di Bangka Belitung, dan masing-masing satu titik di Jambi, Kalimantan Tengah, Bengkulu, Lampung, dan Jawa Timur.
Sementara pantauan satelit TERRA AQUA mendeteksi 50 hotspot, dengan rincian 34 di Kalimantan Barat, tujuh titik di Riau, masing-masing tiga titik di Sumatera Selatan, dan Lampung, dua titik di Bengkulu, serta satu titik di Maluku. (adv/jpnn)