Menelusuri Penyebab Tingginya Angka Kematian Anak Akibat Virus Corona di Indonesia
"Diare dan pneumonia masih menjadi pembunuh nomor satu dan dua di Indonesia, angka TBC kita nomor dua di dunia, angka stunting kita tinggi, malnutrisi kita tinggi, coverage imunisasi kita rendah," jelas dokter yang juga menjabat sebagai Presiden Asosiasi Dokter Anak Asia Pasifik ini.
Dr Aman menduga, faktor-faktor ini menjadi penyebab COVID-19 pada anak di Indonesia bisa berakibat fatal.
"Faktor komorbid pada kita bukanlah diabetes atau penyakit lain semacamnya. Jadi kalau kita lihat, komorbidnya kalau pada bayi tentulah bukan penyakit yang aneh-aneh, karena [kelompok anak] yang paling banyak meninggal itu adalah kelompok umur 29 hari sampai 1 tahun baru kemudian kelompok balita," katanya.
Namun, dr Hermawan Saputra, anggota dewan pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia juga mengingatkan untuk berhati-hati dalam mengaitkan faktor kerentanan anak dengan faktor seperti stunting atau kekurangan gizi.
Gotong Royong di Tengah Pandemi
Cerita inspiratif dari warga Indonesia yang memilih membantu satu sama lain saat menghadapi pandemi virus corona.
"Saya ambil contoh di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, dengan jumlah kasus COVID-19 pada anaknya cukup signifikan," jelasnya.
"Memang Lombok Timur adalah salah satu daerah yang prevalensi stunting-nya tinggi. Tapi apakah ada hubungan antara keduanya, kita harus hati-hati menyimpulkan karena belum ada riset yang lebih detil soal itu," kata Hermawan.
Dr Hermawan juga mengingatkan soal aspek perilaku yang bisa menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka kasus dan kematian anak akibat COVID-19 di Indonesia.