Mengikuti Upacara Tradisi Petekan, Tes Kehamilan ala Suku Tengger, di Desa Ngadas, Malang
Yang Hamil di Luar Nikah Didenda 50 Sak Semenjpnn.com - Suku Tengger yang tinggal di Kabupaten Malang punya tradisi unik. Namanya tradisi petekan. Dengan tradisi itu, kehamilan perempuan Tengger dari hubungan di luar nikah akan diketahui.
Laporan Kurniawan Muhammad, Malang
TRADISI petekan berlangsung di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Di desa itulah suku Tengger di wilayah Malang tinggal. Selain di Malang, suku Tengger hidup di pegunungan Tengger di Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, dan Lumajang.
Desa Ngadas termasuk desa tertinggi di Pulau Jawa karena berada di ketinggian 2.000–3.000 meter di atas permukaan laut. Lokasinya sekitar 8 km dari puncak Gunung Bromo. Sedangkan dari Kota Malang berjarak 32 km. Setiap tahun semakin banyak wisatawan ke Bromo yang menempuh jalur itu (dari Malang). Pemandangan di jalur tersebut jauh lebih indah ketimbang jalur ke Bromo lewat Surabaya–Probolinggo.
Di Desa Ngadas yang berlokasi di lereng barat daya pegunungan Tengger, tinggal sekitar 1.800 warga suku Tengger. Mereka tersebar di dua dusun, Ngadas dan Jarak Ijo.
Dalam struktur masyarakat Tengger, ada yang ditunjuk sebagai dukun adat. Dia dibantu dua orang. Yakni, wong sepuh yang tugasnya berkaitan dengan kematian dan Pak Legen yang bertugas dalam hal perkawinan warga Tengger. Dia juga bertugas untuk melaksanakan tradisi petekan. Selain dukun adat, ada dukun bayi yang juga dilibatkan dalam upacara petekan.
Bagaimana tradisi petekan dijalankan? Tradisi itu dilakukan setiap tiga bulan sekali. Biasanya wong sepuh yang mengumumkan bila akan ada upacara tradisi turun-temurun itu. Wong sepuh kemudian memberi tahu Pak Legen yang lalu diteruskan kepada dukun bayi.
Upacara petekan dilangsungkan di tempat tertutup di rumah Pak Legen saat malam, pukul 19.00–21.00. Peserta upacara yang harus ikut para perempuan yang sudah beranjak dewasa namun belum menikah serta para janda yang masih dalam usia subur.