Mengurai Tiga Isu Utama Disabilitas
Oleh: Kikin Purnawirawan Tarigan SiberoNegara dan masyarakat pertama kali harus mampu memberikan penghargaan yang tinggi kepada keluarga penyandang disabilitas.
Selain penghargaan, pemahaman tentang adanya fakta disabilitas, hendaknya dimulai sejak terbangunnya basis keluarga.
Sebagai contoh dalam masyarakat Katolik, pemahaman ini harus ditanamkan saat dilaksanakan kursus perkawinan. Pelbagai situasi dan kondisi ini harus dipahami oleh setiap pasangan yang akan menikah agar memiliki pemahaman dan persepsi yang terbuka dan optimis melihat disabilitas.
Tentu hal ini dapat dilakukan pada kelompok masyarakat apa saja. Bahkan sedini mungkin pandangan yang tepat atas disabilitas dapat ditanamkan sejak pendidikan dasar di sekolah.
Diharapkan hal ini makin memberikan pandangan dan pengharagaan yang semestinya kepada penyandang disabilitas.
Setelah kedua orang tua dan keluarga inti, pada kenyataannya masyarakat juga bisa menjadi terdampak langsung dari situasi ini. Alokasi ruang, anggaran, fasilitas dan partisipasi yang beririsan dengan kepentingan masyarakat yang juga belum memadai sejatinya diselaraskan berdampingan sebagai kebutuhan bersama.
Pemahaman dan persepsi yang tepat atas penyandang disabilitas sebagai keberagaman umat manusia, akan menjadi batu penjuru yang tepat dalam penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas.
Selain itu, pada tingkatan paling awal aksesbilitas yang terbatas dan tidak memadai, sangat berdampak pada keluarga pendamping disabilitas.