Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Menjamurnya Usaha Tani Jamur Berpeluang Ekspor

Selasa, 04 Desember 2018 – 10:18 WIB
Menjamurnya Usaha Tani Jamur Berpeluang Ekspor - JPNN.COM
Petani budidaya jamur. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, JAKARTA - Bila orang mendengar kata jamur, yang pertama terbayang adalah “tumbuhan” tanpa klorofil yang tumbuh di batang-batang pohon yang telah mati. Jamur bukanlah tumbuhan, didalam ilmu biologi dia masuk sebagai anggota kerajaan Fungi. Sifatnya yang tumbuh subur dan meruah dimusim hujan memunculkan kiasan “seperti jamur tumbuh di musim hujan” untuk menggambarkan keadaan yang tiba-tiba banyak bermunculan di masyarakat.

Jamur yang familiar di masyarakat di antaranya jamur tiram, merang, jamur kuping. Sementara untuk jamur shiitake, champignon dibudidayakan oleh beberapa petani yang telah menguasai teknologi budidaya jamur. Jamur adalah makanan sehat dan enak rasanya.

Negara - negara pengkonsumsi jamur di dunia antara lain Amerika Serikat, Jepang, China, Korea Selatan, Jepang, Hongkong, Kanada, Belanda, Jerman. Tingkat konsumsi jamur di Eropa rata-rata sebesar 1,5 kg per kapita setiap tahunnya. Sedangkan Amerika Serikat sekitar 0,5 kg per kapita per tahun. Sementara penduduk Indonesia menurut data BPS, tingkat konsumsi jamur baru sebesar 0,18 kg per kapita per tahunnya. Sehingga peluang permintaan pasar dalam negeri masih bisa terus ditingkatkan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat konsumsi jamur perkapita pertahun. Tahun 2007 Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara eksportir jamur kalengan dengan ekspor sebanyak 18.392 ton, ke negara Jerman, Rusia, USA, Jepang bersama China, Belanda, Spanyol, dan Perancis.

Menurut FAOStat pada 2016, produksi jamur dunia mencapai 10.790.859 ton. Lima negara produsen terbesar adalah China dengan produksi sebanyak 7.797.929 ton, diikuti oleh Italia, USA, Belanda, Polandia. Sedangkan produksi jamur Indonesia menduduki peringkat ke 15 dunia dengan produksi sebesar 40.906 ton walaupun masih di bawah Australia sebanyak 50.387 ton. Namun produksi Indonesia masih lebih tinggi dibanding India, Korea Selatan dan Vietnam.

Tren perubahan pola konsumsi sebagian masyarakat telah menempatkan jamur sebagai salah satu pangan alternatif yang digemari. Kini di kota-kota besar di pulau Jawa sudah menjamur restoran berbahan baku jamur. Jamur ini telah banyak diolah menjadi berbagai varian masakan aneka jamur, keripik jamur, dan lain-lain.

Pelaku bisnis restoran, katering maupun hotel-hotel di berbagai daerah mulai banyak membutuhkan jamur untuk memanjakan konsumen mereka. Menurut informasi dari Asosiasi Petani Jamur (APJ), setiap hari Jakarta mampu menyerap lebih dari 10 ton jamur.

Tahun 2018 tingkat konsumsi jamur Indonesia diperkirakaan mencapai sekitar 47.753 ton dengan tingkat konsumsi mencapai 0,18 kg per kapita per tahun, sedangkan produksi Indonesia diperkirakan mencapai 37.020 ton. Ini merupakan peluang untuk meningkatkan produksi jamur di Indonesia. Rata-rata ekspor jamur ke mancanegara sebanyak 5.300 ton dengan nilai transaksi mencapai 9 juta USD. Ini merupakan pendapatan yang meningkatkan devisa negara.

Saat ini produsen jamur tiram paling besar terdapat di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Sentra produksi jamur merang terpusat di wilayah Pantura Jawa Barat, seperti Karawang, Subang, Purwakarta. Sementara itu sentra-sentra lain mulai bermunculan di seluruh wilayah nusantara.

Rata-rata ekspor jamur ke mancanegara sebanyak 5.300 ton dengan nilai transaksi mencapai 9 juta USD.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News