Mentan Amran Kagumi Kopi Toraja, Langsung Kucurkan Bantuan
Mendengar penjelasan itu, Amran secara spontan meminta Direktorat Jenderal Perkebunan melakukan revisi anggaran dan memasukkan anggaran pengolahan biji kopi hingga Rp 10 miliar untuk Tana Toraja.
Artinya, bakal ada ribuan alat pengolahan biji kopi baru d Tana Toraja. Karena harga satu alat seperti yang digunakan di Desa Lembang Gandangbatu berkisar Rp 1 juta. "Ini yang saya maksud, ini cita-cita presiden. Harus didukung," ucap Amran.
Saking bersemangatnya, Amran tak menghiraukan rintik hujan yang turun petang itu. Di tengah arel perkebunan kopi milik masyarakat, pria berdarah Bone ini berjanji segera mengurus lisensi nama produk kopi yang disepakati bersama seluruh petani yang ada.
"Sepakat ya, namanya 'Kopi Jantan Toraja'. Aku kasih lisensinya, aku kawal sampai produk. Tiap kelompok tani nanti membuat produk kopi dalam kemasan dan menggunakan nama itu," ucapnya.
Amran juga meminta anak buahnya membangun techno park di Tana Toraja. Yaitu, sistem pertanian dengan pola modern, demi meningkatkan hasil tanaman kopi masyarakat Toraja.
"Keunggulan daerah ini kopi, itu harus diangkat. Bila perlu tiap rumah ada batang kopi dan produk yang di ekspor harus barang jadi," katanya.
Amran mendasari pemikirannya pada perhitungan sederhana. Kopi yang dihasilkan petani selama ini dijual Rp 30 ribu/kg. Ketika dikemas dengan baik harga jualnya mencapai sekitar Rp 250 ribu/kg.
"Kenaikannya lebih dari 700 persen. Apalagi di Tator (Tana Toraja) di pegunungan ini sudah ada packaging kopi yang masuk ke supermarket. Karena itu kami akan dorong ekpor untuk meningkatkan kesejahteraan petani," katanya.