Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Menyumbang Oksigen Bumi Lewat Kareumbi

Senin, 23 Desember 2013 – 01:27 WIB
Menyumbang Oksigen Bumi Lewat Kareumbi - JPNN.COM
Foto: Pertamina for JPNN.com

“Kami nanam itu dimusim hujan, soalnya di kawasan konservasi itu beda kawasan hutan di tengah-tengah masyarakat yang terurus dan tersiram,” terang lelaki berdarah Sunda kelahiran 1976 ini.

Echo menuturkan bahwa memang di kawasan konservasi air ketersediaan kadang-kadang sulit , dan kalau pun ada effort nya tidak terllau besar. Oleh karena itu Echo dan tim lebih memilih msuim hujan yang biasanya datang di bulan November, Februari hingga Maret. Diluar itu biasanya tidak aka nada prosesi penanaman.

Para pembuatan lubang taman dilakukan tidak secara segera pada hari itu juga diikuti oleh penanaman. Sehingga hujan akan membawa lumpur dan endapan masuk ke dalam lubang tanah. Apabila terlalu dangkal, maka lubang tanam bisa kembali tertutup oleh lumpur atau  tanah yang terbawa air. Pada lubang-lubang tanam tersebut akan dilakukan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kandang, yang berasal dari bahan organic seperti kotoran hewan seperti domba yang didapat dari perkampungan sekitar.

Bibit tanaman yang ditanam di kawasan konservasi Gunung Masigit tidak sembarangan, Kareumbi menanam jenis-jenis tanaman lokal seperti Puspa  (Schima waliichi), Ki Sireum  (Syzgium lineatum), Ki Huut  (Glochidion obscorum), Manglid  (Manglietia glauca), Jenis Huru, Ki Cangkudu  (Tarrenoidea Triveng), berbagai jenis tanaman Rimba Campuran dan Mala-Raksamala.  Terkait pemilihan jenis tanaman, Echo mengatakan bahwa hal ini didasari oleh ketentuan khusus dari Balai Konservasi yang mengharuskan menanam tanaman lokal.

Selain itu, Echo juga menambahkan bahwa tanaman-tanaman tersebut memiliki jenis kayu keras berumur panjang, endemik dan berasal dari pohon induk di sekitar hutan Kareumbi. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa tanaman-tanaman tersebut memiliki performa tumbuh yang baik. Dibanding pohon-pohon pinus yang kini tumbuh menjulang tinggi disekitar kawasan konservasi, tanaman lokal memiliki nilai konservasi yang tinggi.

“Nanti kalau sudah tumbuh besar biji-bijinya dimakan burung nilai konservasi tanaman-tanaman ini lebih tinggi dibanding pinus, pinus juga bukan berarti nggak ada, buahnya dimakan bajing, buah mudanya. Semua pohon yang ditanam di wilayah konservasi itu dilindungi oleh undang-undang nggak boleh ditebang nggak boleh diproduksi, “ ungkap Echo yang pernah mengenyam pendidikan di Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran ini.

Berbeda dengan tanaman yang ditanam di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI), seperti Jabon dan Sengon yang cepat pertumbuhanya, tanaman lokal yang ada di Kareumni umumnya tumbuh lambat. Walau pun demkian, Echo juga menuturkan bahwa diharapkan tanaman tersebut bisa memnawa banyak manfaat seperti fungsi oksigen dan konservasi di sekitar lahan. 

“Jadi tanaman ini ditanam dan tumbuh, jadi bukan cuman kita bisa diliatin doang, ya mudah-mudahan bisa jadi fungsi oksigen, pengawetan tanah, air dan segala macam manfaatnya. Berbagai jenis bibit tumbuhan seperti Puspa, Manggis, Pasamala  tumbuhnya lambat, karena itu memang orang kan nggak suka untuk produksi, dan jarang orang yang mau membibitkan cukup banyak, makanya kita bikin pembibitan sendiri, dan bekerjasama dengan masyarakat sekitar,”papar Echo.

Ikut ambil bagian di program Wali Pohon, Pertamina menanam 100 ribu bibit pohon di Kawasan Konservasi Gunung Masigit Kareumbi. Andil dalam melestarikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close