Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Menyumbang Oksigen Bumi Lewat Kareumbi

Senin, 23 Desember 2013 – 01:27 WIB
Menyumbang Oksigen Bumi Lewat Kareumbi - JPNN.COM
Foto: Pertamina for JPNN.com

Sedianya Kareumbi memiliki lahan pembibitan sendiri, yang kini sudah berjumlah 5 lahan pembibitan yang isinya banyak ditanami bibit-bibit lokal tadi. Umumnya bibit yang ditanam di program wali pohon itu berumur sekitar 8  sampai 18 bulan, dengan tinggi   25 sampai 100 cm. Di lapangan, bibit ini tumbuh dengan ketinggian yang bervariasi bergantung pada jenis bibit itu sendiri. Berbeda dengan penanaman lain, di Kareumbi Echo memiliki standarisasi bibit, ia mengatakan tidak mau menanam bibit yang terlalu tinggi hal ini tentunya dengan berbagai alasan, termasuk agar bibir bisa beradaptasi dilapangan sehingga bisa tumbuh maksimal.

“Kita disini nggak nanem bibit gede, biasanya bibit-bibit  yang besar itu pasti lama dipersemaiannya. Mungkin dua tahun atau tiga tahun, tapi dipersemaian lama-lama biayanya besar. Selain itu kalau lama dipersemaian bibit akan lama di poly bag kecil dan ini nantinya nggak seimbang ketika dilepas ke alam, batang besar tapi akar kecil, jadinya kecentet (kegencet) efeknya nanti tumbuh di alamnya lama dan nggak ngenjat-ngejat,”paparnya.

Standarisasi bibit itu tidak harus melulu dinilai dari tinggi saja seperti persepsi orang kebanyakan. Namun menurut Echo ukuran umur pohon itu dinilai dari diameter batang. “Kalau orang ngukurnya tinggi aja salah juga, karena bibit muda bisa aja dibikin tinggi. Nah yang kita tanam disini, kita pengan, tingginya sih nggak terlalu tinggi, namun dia cukup kuat gituh. Umurnya jangan terlalu muda, kalau terlalu muda juga jelek,” pungkasnya.

Echo mengungkapkan bahwa dirinya bisa aja membuat bibit muda yang tinggi, prosesnya cukup mudah tinggal membuat tempat persemaian gelap, namun demikian Echo lebih manyukai proses yang alami dinilai lebih membumi dan membuat bibit lebih kuat. Proses persemaian ia lakukan dengan memberikan atap jaring yang dibantangkan di atas barisan bibit tanaman untuk  untuk menakar sinar matahari. Fungsinya adalah untuk mengatur panas, serta curah hujan. “Curah hujan yang tinggi dengan air yang deras bisa memukul langsung bibit pohon, akibatnya bisa merusak kondisi bibit. Ranting-ranting yang jatuh berlebih juga bisa merusak bibit,” imbuhnya.

Diperlukan waktu yang cukup lama untuk menyiapkan bibit ini, oleh karenanya pelaksanaan program penanaman tidak bisa dadakan. “Biasanya mesti satu tahun sebelumnya, dan kami tahu betul tentang bibit yang kami siapkan itu,” ucap Echo.

Saat penanaman, bibit-bibit dari tempat persemaian diangkut dibawa ke lahan-lahan yang telah dilubangi. Setelah lubang tersebut ditanami bibit proses berikutnya yakni penghitungan jumlah pohon. Bibit-bibit pohon tersebut akan terus dipantau dan dipelihara pertumbuhannya secara inten, mulai dari pembersihan dari berbagai gangguan, seperti belitan gulma, dan gangguan lainnya.


Layaknya proses penyemaian dan penanaman, pada praktik pemeliharaan bibit tanaman di Kareumbi, lagi-lagi dilakukan secara alami. Salah satunya terdapat pada proses mulsa, yakni penutupan tanah disekitar bibit dengan menggunakan ranting dan ilalang kering. Proses natural dilakukan guna menjaga kelembaban tanah. Teknik mulsa ini berbeda dengan teknik yang dilakukan umumnya kini, yakni dengan menggunakan plastik yang dibentang memanjang dan menyelubungi jalur tanam. Menggelitiknya mulsa yang digunakan Echo di Kareumbi bertolak belakang dengan mulsa yang kini digunakan para petani yang bercocok tanam di wilayah yang letaknya tidak jauh dari wilayah konservasi Kareumbi yang menggunakan mulsa plastik.

Memang jika dihitung-hitung dari fungsi dan efisiensi waktu, mulsa plastik memang lebih efiesien karena lebih hemat dan lebih  bisa diandalkan untuk mengejar kecepatan pertumbuhan. Namun demikian secara ekologis, mulsa plastik tersebut lambat laun akan berakibat fatal lingkungan. Dicontohkan oleh Echo bahwa jika ada hujan, terlebih jika curahnya tinggi dan deras, maka tingkat run off dari air akan tinggi yang berakibat tingkat erosi yang luas biasa tinggi, karena tidak menyerap hujan.

Ikut ambil bagian di program Wali Pohon, Pertamina menanam 100 ribu bibit pohon di Kawasan Konservasi Gunung Masigit Kareumbi. Andil dalam melestarikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close