Misteri Hilangnya Gedung Conefo
"Saya sendiri, insya Allah, bertekad bulat untuk menyelenggarakan terus Conefo itu," pungkasnya.
Gedung DPR
Mengenai konsepsi Conefo, MPRS punya pendapat bahwa "pada prinsipnya gagasan penggalangan kekuatan progresif revolusioner antiimperilisme dan kolonialisme adalah gagasan yang luhur, yang harus ditingkatkan realisasinya."
Soekarno pun menyahut, "justru itulah yang saya kerjakan siang dan malam."
Sebelum pidato 17 Agustus 1966, di depan DPR GR, Bung Karno menyatakan mimpinya; di dalam Gedung Conefo yang megah yang sedang dibangun dengan banyak rintangan, maka sesudah dipakai untuk Conefo, dapat digunakan untuk keperluan-keperluan lain.
"Untuk konferensi-konferensi internasional, untuk parlemen, untuk MPRS, atau lain-lain yang penting," tuturnya.
Apa hendak dikata, haluan berubah. Soekarno kian hari kian dilemahkan.
Pada 9 November 1966, Jendral Soeharto--kemudian jadi Presiden Indonesia menggantikan Soekarno--mengeluarkan instruksi bahwa proyek political venues tetap dilanjutkan.