Muncikari, Tante Dolly Mungkin Bingung, Tetapi Senang
Oleh: Dhimam Abror DjuraidMenurut penelitian itu, dahulu daerah Putat Jaya merupakan kompleks makam China. Setelah peristiwa PKI 1965 lokasi itu mulai ditempati oleh para pendatang yang kemudian menghancurkan bangunan-bangunan makam.
Para pendatang itu kemudian menolak jenazah baru dan bahkan menutup total lokasi pemakaman. Para pendatang meminta para ahli waris untuk memindahkan makam-makam atau akan dihancurkan.
Setelah makam itu ditutup makin banyak orang yang datang dan tinggal di lokasi itu.
Pada 1967 datanglah seorang perempuan Belanda bernama Dolly Khavit--yang disebut-sebut sebagai bekas pelacur--dan mendirikan rumah di lokasi itu. Dolly menikah dengan seorang pelaut Belanda dan kemudian mendirikan rumah pelacuran pertama di lokasi itu.
Menurut penelusuran Tjahjo Purnomo dan Ashadi Siregar lokasi pelacuran pertama yang didirikan Dolly berada di Kupang Gunung Timur I. Dalam waktu singkat usaha Dolly makin maju dan dia mendirikan beberapa rumah pelacuran yang diberi nama ‘’T’’, ‘’Sul’’, ‘’NM’’, dan ‘’MR’’.
Dolly kemudian menyewakan rumah-rumah yang dibangunnya kepada orang lain, yang kemudian juga mengelolanya menjadi tempat pelacuran. Lokasi ini menjadi makin besar dan kemudian semua orang mengenalnya sebagai ‘’Gang Dolly’’.
Kompleks Dolly kemudian ditutup oleh pemerintah Kota Surabaya pada 2014. Namun, tentu saja, bisnis pelacuran tidak dengan sendirinya tutup bersama tutupnya Dolly. Bisnis ini bertransformasi menjadi bisnis virtual yang tidak memerlukan lokalisasi fisik.
Seiring dengan canggihnya teknologi digital, pelacuran digital pun menjadi bisnis yang menggiurkan. Para pekerja seks komersial sekarang bertransformasi menjadi pekerja seks komersial digital.